tag:blogger.com,1999:blog-62885005592832304892024-03-13T16:30:18.142+07:00Cerita Motivasi dan InspirasiBerbagi Kisah Motivasi dan Inspirasi TerbaikUnknownnoreply@blogger.comBlogger117125tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-43574752985160988152016-04-06T17:28:00.000+07:002016-04-06T17:28:48.907+07:00 Kisah Cerita Inspiratif dari CEO Google Sundar Pichai<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiumA9LT24KzVPD_gvzYtEnOO3tB8YjIXq0ihzH1kYfEjQQooTADIyOgdnJIB1FxLIxVhEtQBqrk5G8hHAHqRhpRW_VdGwh5Z3cDCWaOMHfgX7V1T4CAE7PmzVYlqMAt_vyvNo8LH1FAxAr/s1600/Kisah+Cerita+Inspiratif+dari+CEO+Google+Sundar+Pichai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Cerita Inspiratif dari CEO Google Sundar Pichai, kisah inspiratif dibalik kecoa yang menjijikkan" border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiumA9LT24KzVPD_gvzYtEnOO3tB8YjIXq0ihzH1kYfEjQQooTADIyOgdnJIB1FxLIxVhEtQBqrk5G8hHAHqRhpRW_VdGwh5Z3cDCWaOMHfgX7V1T4CAE7PmzVYlqMAt_vyvNo8LH1FAxAr/s400/Kisah+Cerita+Inspiratif+dari+CEO+Google+Sundar+Pichai.jpg" title="Kisah Cerita Inspiratif dari CEO Google Sundar Pichai" width="400" /></a></div>
<br />
Sundar Pichai sekarang menjabat sebagai CEO Google, dan mulai terkenal karena jabatannya tersebut. Pichai lahir di Tamil Nadu, India pada tahun 1972. Dia dikenal oleh karyawan Google sebagai seseorang yang selalu berhasil merealisasikan rencana menjadi kenyataan. Beberapa proyek yang sukses ditanganinya yakni browser Chrome dan Android.<br />
<br />
Sundar Pichai memang dikenal sebagai orang yang ramah, cerdas, dan pekerja keras. Ada sebuah kisah inspiratif dari pidato Sundar Pichai kepada anak buahnya. Ia berpidato tentang kisah inspiratif dibalik kecoa yang menjijikkan.<br />
<br />
Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita. Dia mulai berteriak ketakutan. Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.<br />
<br />
Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik. Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi … kecoa itu mendarat di pundak wanita lain dalam kelompok. Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.<br />
<br />
Seorang pelayan wanita bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka. Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan wanita. Pelayan wanita berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya. Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkan nya keluar dari restoran.<br />
<br />
Pichai menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikirannya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka?<br />
<br />
Jika demikian, maka mengapa pelayan wanita tidak terganggu? Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.<br />
<br />
So, para hadirin.. CEO dari India ini kemudian bertanya. “Lalu apa yang bisa saya dapat dari kejadian tadi?”<br />
<br />
Ia melanjutkan pidatonya. “Dari tempat saya duduk, saya berpikir.. Kenapa 2 wanita karir itu panik, sementara wanita pelayan itu bisa dengan tenang mengusir kecoa?<br />
<br />
Berarti jelas bukan karena kecoanya, tapi karena respon yang diberikan itulah yang menentukan. Ketidakmampuan kedua wanita karir dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana cafe jadi kacau.<br />
<br />
Kecoa memang menjijikkan, tapi ia akan tetap seperti itu selamanya. Tak bisa kau ubah kecoa menjadi lucu dan menggemaskan.<br />
<br />
Begitupun juga dengan masalah. Macet di jalanan, atau istri yang cerewet, teman yang berkhianat, bos yang sok kuasa, bawahan yang tidak penurut, target yang besar, deadline yang ketat, customer yang demanding, tetangga yang mengganggu, dan sebagainya. Sampai kapanpun semua itu tidak akan pernah menyenangkan.<br />
<br />
Tapi bukan itu yang membuat semuanya kacau. Ketidakmampuan kita untuk menghadapi yang membuatnya demikian.<br />
<br />
Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.<br />
<br />
Di situ saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu.<br />
<br />
Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<b>******</b></div>
<br />
<b>Hikmah dibalik kisah diatas :</b><br />
<br />
Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon. Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik. Sebuah cara yang indah untuk memahami hidup. Orang yang bahagia bukan karena semuanya berjalan dengan benar dalam kehidupannya. Dia bahagia karena sikapnya dalam menanggapi segala sesuatu di kehidupannya benar!<br />
<br />
Itulah kira-kira hikmah yang dapat diambil dari sebuah kisah inspiratif dari pidato CEO Google, Sundar Pichai. "Masalah adalah sebuah masalah, respon kita lah yang akan menentukan bagaimana akhir dari sebuah masalah".<br />
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-91130186642068118792016-01-11T10:32:00.000+07:002016-01-11T10:32:47.129+07:00Kekayaan yang Sebenarnya Bukanlah Terletak Pada Angka, Melainkan Pada Senyuman Bahagia Pada Wajah Anda<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkIATAJ9NhC3sQQafiHtq-QIbFlZjSMszVLXjh3Y3pachxxvvkbPULz3M54yHGe0TkOe-qCE1Emb2L8z3QTbwI5tpN3HCZ2l1hB8jZ3xBnp4d1T1Lau5lWCLWXAszIVYUvsGZ9ZyIYqJxj/s1600/senyum-bahagia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="303" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkIATAJ9NhC3sQQafiHtq-QIbFlZjSMszVLXjh3Y3pachxxvvkbPULz3M54yHGe0TkOe-qCE1Emb2L8z3QTbwI5tpN3HCZ2l1hB8jZ3xBnp4d1T1Lau5lWCLWXAszIVYUvsGZ9ZyIYqJxj/s400/senyum-bahagia.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Ia mulai dari tidak ada apa-apanya bekerja sebagai kuli bangunan hingga akhirnya berhasil menjadi kepala bagian. Kemudian ia membentuk tim pekerja tersendiri yang akhirnya berkembang menjadi sebuah perusahaan konstruksi.<br />
<br />
Sang istri yang mendampingi pria ini sejak kuli bangunan, semakin hari tampak semakin tua. Tubuh yang dulunya langsing, sekarang tampak kasar berotot, kulit pun tidak sehalus dulu. Dibandingkan dengan beribu wanita cantik di luar sana, ia tampak terlalu sederhana dan pendiam. Kehadirannya senantiasa mengingatkannya akan masa lalu yang sukar.<br />
<br />
Sang suami berpikir, inilah saatnya pernikahan ini berakhir. Ia menabungkan uang sebesar 1 miliar ke dalam bank istrinya, membeli juga baginya sebuah rumah di daerah kota. Ia merasa, ia bukanlah suami yang tak berperasaan. Sekiranya ia tidak mempersiapkan bekal bagi hari tua istrinya, hatinya pun tidak tenang......<br />
<br />
Akhirnya, ia pun mengajukan gugatan cerai kepada istrinya.<br />
<br />
Sang istri duduk berhadapan dengannya. Tanpa berbicara sepatah katapun ia mendengarkan alasan sang suami mengajukan perceraian. Tatapannya terlihat tetap teduh dan tenang. Ketika hari sang istri pergi dari rumah pun tiba, sang suami membantunya memindahkan barang-barang menuju rumah baru yang dibelikan oleh suaminya. Demikian pernikahan yang telah dibangun selama hampir 20 tahun lebih itu pun berakhir begitu saja.<br />
<br />
Sepanjang pagi itu, hati sang suami sungguh tidak tenang. Menjelang siang, ia pun terburu-buru kembali ke rumah tersebut. Namun ia mendapati rumah tersebut kosong, sang istri telah pergi. Di atas meja tergeletak kunci rumah, buku tabungan berisi 1 miliar rupiah dan sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.<br />
<br />
" Saya pamit, pulang ke rumah orang tua saya. Semua selimut telah dicuci bersih, dijemur di bawah matahari, kusimpan di dalam kamar belakang, lemari sebelah kiri. Jangan lupa memakainya ketika cuaca mulai dingin.<br />
<br />
Sepatu kulitmu telah kurawat semua, nanti bila akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di sudut jalan untuk diperbaiki.<br />
<br />
Kemejamu kugantung pada lemari baju sebelah atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh di dalam laci kecil di sebelah bawah.<br />
<br />
Setelah aku pergi, jangan lupa meminum obat dengan teratur. Lambungmu sering bermasalah. Aku telah menitip teman membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu selama setengah tahun.<br />
<br />
Oh ya, kamu sering sekali keluar rumah tanpa membawa kunci, jadi aku mencetak 1 set kunci serta kutitipkan pada security di lantai bawah. Semisalnya kamu lupa lagi membawa kunci, ambil saja padanya.<br />
<br />
Ingat tutup pintu dan jendela sebelum pagi-pagi berangkat kerja, kalau tidak, air hujan dapat masuk merusak lantai rumah.<br />
<br />
Aku juga membuatkan pangsit. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu dapat memasaknya sendiri "<br />
<br />
Tulisannya jelek, sukar dibaca. Namun setiap huruf bagaikan selongsong peluru berisikan cinta tulus, yang ditembakkan menghujam jauh ke dalaman ulu hatinya.<br />
<br />
Ia memandang setiap pangsit yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 tahun yang lalu ketika ia masih menjadi seorang kuli bangunan, teringat suara istrinya memotong sayur, mempersiapkan pangsit di dapur, teringat betapa suara itu bagikan melodi yang indah dan betapa bahagianya ia pada saat itu. Ia pun tiba-tiba teringat janji yang diucapkannya saat itu: "Saya harus memberi kebahagiaan bagi istri saya." <br />
<br />
Detik itu juga ia berlari secepat kilat segera menyalakan mobilnya. Setengah jam kemudian, dengan bersimbah keringat, akhirnya ia menemukan istrinya di dalam kereta.<br />
<br />
Dengan nada marah ia berkata, "Kamu mau ke mana? Sepagian aku letih di kantor, pulang ke rumah sesuap nasi pun tak dapat kutelan. Begitu caranya kamu jadi istri? Keterlaluan! Cepat ikut aku pulang!"<br />
<br />
Mata sang istri berkaca-kaca, dengan taat ia pun berdiri mengikuti sang suami dari belakang. Mereka pun pulang. Perlahan, air mata sang istri berubah menjadi senyum bahagia.<br />
<br />
Ia tidak mengetahui bahwa sang suami yang berjalan di depannya telah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami berlari dari rumah ke stasiun kereta, ia begitu takut.. Ia takut tidak berhasil menemukan istrinya, ia sangat takut kehilangan dia.<br />
<br />
Ia menyesali dirinya mengapa dirinya begitu bodoh hingga hendak mengusir wanita yang begitu ia cintai. Kehidupan pernikahan selama 20 tahun ini ternyata telah mengikat erat-erat mereka berdua menjadi satu.<br />
<br />
*****<br />
Kekayaan yang sebenarnya bukanlah terletak pada angka di dalam buku tabungan, melainkan terletak pada senyuman bahagia pada wajah Anda.<br />
<br />
Source: Love Laugh Life<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-69873727899636961062015-12-22T12:14:00.000+07:002015-12-22T12:14:18.188+07:00 Kita Hanya Tahu yang Kita Inginkan, Tapi Allah Lebih Tahu Apa yang Kita Butuhkan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Cjp15DXHXCa2NktTpTZwNWBbfaMTVVTxun_6cEl1PbLV9awIdHberm-Re-jzTEr4HcxuY4tSLVW3uMMcP_tyx2NAF69XoXNAQnROH4RXXNnFFO50tmspBEM0Y_cEyk2A0kZ4gTiYfJKF/s1600/Kita-Hanya-Tahu-yang-Kita-Inginkan-Tapi-Allah-Lebih-Tahu-Apa-yang-Kita-Butuhkan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Cjp15DXHXCa2NktTpTZwNWBbfaMTVVTxun_6cEl1PbLV9awIdHberm-Re-jzTEr4HcxuY4tSLVW3uMMcP_tyx2NAF69XoXNAQnROH4RXXNnFFO50tmspBEM0Y_cEyk2A0kZ4gTiYfJKF/s400/Kita-Hanya-Tahu-yang-Kita-Inginkan-Tapi-Allah-Lebih-Tahu-Apa-yang-Kita-Butuhkan.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Suatu hari, sebelum pulang kantor, sang suami menelpon istrinya, "sayang, alhamdulillah, bonus akhir tahun dari perusahaan sudah turun, Rp. 150 juta." Dibalik telpon, sang istri tentu saja mengungkapkan rasa syukurnya, "Alhamdulillah, semoga barokah ya mas".<br />
<br />
Sejak beberapa bulan yang lalu mereka sudah merencanakan membeli mobil sederhana untuk keluarga kecilnya. Dan uang bonus yang cair kali ini, mereka rasa cukup pas untuk membeli mobil sesuai budget.<br />
<br />
Namun dalam perjalanan pulang, dia ditelpon oleh ibunya di kampung, "Nak, kamu ada tabungan? Tadi ada orang datang ke rumah. Ternyata almarhum ayahmu punya hutang ke dia cukup besar, Rp. 50 juta." Tanpa pikir panjang, ia pun bilang ke ibunya, "Iya, Bu, insyaAllah ada." Dia berpikir, "Nggak apa-apa lah, masih cukup untuk beli mobil yang 100 jutaan, mungkin ini lebih baik."<br />
<br />
Dia pun melanjutkan perjalanan. Belum tiba di rumah, Ponselnya kembali berdering. Seorang sahabat karibnya tiba-tiba menghubunginya sambil menangis. Sahabatnya itu sambil terbata mengabarkan bahwa anaknya harus segera dioperasi minggu ini. Banyak biaya yang tidak bisa dicover oleh asuransi kesehatan dari pemerintah. Tagihan dari rumah sakit Rp. 80 juta.<br />
<br />
Lalu dia berpikir sejenak. Uang bonusnya tinggal 100 juta. Jika ini diberikan kepada sahabatnya, maka tahun ini ia gagal membeli mobil impiannya. Tapi nuraninya mengetuk, "Berikan padanya. Mungkin ini memang jalan Allah untuk menolong sahabatmu itu. Mungkin ini memang rezekinya yang datang melalui perantara dirimu." Ia pun menuruti panggilan nuraninya.<br />
<br />
Setibanya di rumah, dia menemui istrinya dengan wajah yang lesu. Sang istri bertanya, "Kenapa, mas? Ada masalah? Nggak seperti biasanya pulang kantor murung gini?" Sang suami mengambil napas panjang, "Tadi ibu di kampung telpon, butuh 50 juta untuk bayar utang almarhum bapak. Nggak lama, sahabat abang juga telpon, butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf ya, tahun ini kita tidak jadi beli mobil dulu."<br />
<br />
Sang istri pun tersenyum, "Aduh, mas, kirain ada masalah apaan. Mas, uang kita yang sebenarnya bukan yang 20 juta itu, tapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan kepada orang tua kita, kepada sahabat kita, itulah harta kita yang sesungguhnya. Yang akan kita bawa menghadap Allah, yang tidak mungkin bisa hilang jika kita ikhlas. Sedangkan yang 20 juta di rekening itu, masih belum jelas, benaran harta kita atau akan menjadi milik orang lain."<br />
<br />
Sang istri pun memegang tangan suaminya, "Mas, insyaAllah ini yg terbaik. Bisa jadi jika kita beli mobil saat ini, jsutru menjadi keburukan bagi kita. Bisa jadi musibah besar justru datang ketika mobil itu hadir saat ini. Maka mari berbaik sangka kepada Allah, karena kita hanya tahu yang kita inginkan, sementara Allah-lah yang lebih tahu apa yang kita butuhkan."<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-50986774884214547942015-10-19T11:09:00.000+07:002015-10-19T11:09:15.970+07:00Ketika Bob Sadino Dikira Tukang Sampah di Gedung Kantor Miliknya<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW6TWQeHb30S0qTv4IQjdDBqt3wRkrI0vmftwjktqGemNLJUefcWDRszYQAN3_jo-135Qvj9-jE5lymXy-zyS3ZoOrStHqk0UqemDLk0c_tn_4Ua8BNzoYSMo6bpfrrWavXNcsLCtDKY6S/s1600/Kisah-inspirasi-ketika-Bob-Sadino-dikira-tukang-sampah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah inspirasi, cerita motivasi, Ketika Bob Sadino Dikira Tukang Sampah" border="0" height="274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW6TWQeHb30S0qTv4IQjdDBqt3wRkrI0vmftwjktqGemNLJUefcWDRszYQAN3_jo-135Qvj9-jE5lymXy-zyS3ZoOrStHqk0UqemDLk0c_tn_4Ua8BNzoYSMo6bpfrrWavXNcsLCtDKY6S/s320/Kisah-inspirasi-ketika-Bob-Sadino-dikira-tukang-sampah.jpg" title="Ketika Bob Sadino Dikira Tukang Sampah di Gedung Kantor Miliknya" width="320" /></a></div>
<br />
Suatu pagi, terlihat seorang wanita berpenampilan menarik berusia 40an membawa anaknya memasuki area perkantoran sebuah perusahaan terkenal.<br />
<br />
Karena pagi itu masih sangat sepi, mereka pun duduk-duduk di taman samping gedung untuk sarapan sambil menikmati taman yang hijau nan asri.<br />
<br />
Sesekali si wanita membuang sembarangan tisu yang bekas dipakainya.<br />
<br />
Tidak jauh dari situ, ada seorang kakek tua berpakaian sederhana dengan mengenakan celana pendek sedang memegang gunting untuk memotong ranting. Si kakek menghampiri dan memungut sampah tisu yang dibuang si wanita itu, lalu membuangnya ke tempat sampah.<br />
<br />
Beberapa waktu kemudian, kembali wanita itu membuang sampah lagi tanpa rasa sungkan sedikit pun. Kakek tua itu pun dengan sabar memungut kembali dan membuangnya ke tempat sampah.<br />
<br />
Sambil menunjuk ke arah sang kakek, si wanita itu lantas berkata kepada anaknya,”Nak, kamu lihat kan, jika tidak sekolah dengan benar, nanti masa depan kamu cuma seperti kakek itu, kerjanya mungutin dan buang sampah! Kotor, kasar, dan rendah seperti dia, jelas ya?”<br />
<br />
Si kakek meletakkan gunting dan menyapa ke wanita itu, “Permisi, ini taman pribadi, bagaimana Anda bisa masuk kesini ?” Wanita itu dengan sombong menjawab, “Aku adalah calon manager yang dipanggil oleh perusahaan ini.”<br />
<br />
Pada waktu yang bersamaan, seorang pria dengan sangat sopan dan hormat menghampiri si kakek sambil berkata, ”Pak Presdir, hanya mau mengingatkan saja, rapat sebentar lagi akan segera dimulai.”<br />
<br />
Sang kakek mengangguk, lalu sambil mengarahkan matanya ke wanita itu dia berkata tegas, “Manager, tolong untuk wanita ini, saya usulkan tidak cocok untuk mengisi posisi apa pun di perusahaan ini.”<br />
<br />
Sambil melirik ke arah si wanita, si manager menjawab cepat, “Baik Pak Presdir, kami segera atur sesuai perintah Bapak.”<br />
<br />
Setelah itu, sambil berjongkok, sang kakek mengulurkan tangan membelai kepala si anak, “Nak, di dunia ini, yang penting adalah belajar untuk menghormati orang lain, siapa pun dia, entah direktur atau tukang sampah".<br />
<br />
Si wanita tertunduk malu, tanpa berani memandang si kakek. Kakek itu adalah <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino" rel="wikipedia" target="_blank" title="Bob Sadino">Bob Sadino</a>, yang kedudukannya adalah Presiden Direktur di perusahaan tersebut.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
*****</div>
Bob Sadino dikenal sebagai pengusaha sukses yang berpenampilan sangat sederhana dan mempunyai ciri khas selalu mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek, bahkan ketika bertemu dengan presiden maupun pejabat negara sekalipun. Beliau lahir pada tanggal 9 Maret 1933, dan telah meninggal dunia karena sakit pada 19 Januari 2015.<br />
<br />
Gayanya yang nyentrik dengan pola pikir unik dan cenderung keluar dari pakem teori maupun buku teks ekonomi menjadikan Bob Sadino sebagai entreprenuer sejati, yang memberikan inspirasi hebat bagi para generasi penerus bangsa yang ingin menjadi pengusaha sukses.<br />
<div>
<br /></div>
<br />
<u>Pelajaran yang dapat diambil dari cerita diatas</u><br />
<br />
Hargailah setiap orang yang anda temui, walaupun penampilan mereka biasa-biasa saja. Penampilan seseorang belum tentu (bahkan seringkali) menggambarkan kedudukan sosialnya.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-86671367746410402452015-07-23T10:42:00.000+07:002015-07-23T10:42:08.625+07:00Nasehat Motivasi Kerja dari Warren Buffett, Salah Satu Orang Terkaya di Dunia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk8Nv854IWy52rqsBxgKUC4oAjdjs_caAxjrto__p4oY9H9fKvxsM6WZ8NxVDqEwgc4Iexg1z109dNtXQ9QHZ2lyAM-cKb5tGrL7F3Vs9mUTRvUKydo77JTwgqDdiMK3QQ__q7EBbzNwyi/s1600/buffett.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Nasehat Motivasi Kerja dari Warren Buffett, Salah Satu Orang Terkaya di Dunia" border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk8Nv854IWy52rqsBxgKUC4oAjdjs_caAxjrto__p4oY9H9fKvxsM6WZ8NxVDqEwgc4Iexg1z109dNtXQ9QHZ2lyAM-cKb5tGrL7F3Vs9mUTRvUKydo77JTwgqDdiMK3QQ__q7EBbzNwyi/s320/buffett.jpg" title="Nasehat Motivasi Kerja dari Warren Buffett, Salah Satu Orang Terkaya di Dunia" width="320" /></a></div>
<br />
Warren Edward Buffett lahir di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, 30 Agustus 1930, adalah seorang investor dan pengusaha Amerika Serikat. Ia memiliki julukan Oracle of Omaha; Buffett telah mengumpulkan kekayaan yang sangat besar dari kecerdikannya berinvestasi melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, di mana dia memegang 38% saham. Dengan perkiraan pendapatan bersih AS$44 miliar pada 2005, dia menduduki urutan kedua sebagai orang terkaya kedua dunia menurut Forbes, di belakang Bill Gates. Pada tahun 2010 sang bijak dari Omaha ini berhasil mendepak Bill Gates dari peringkat pertama orang terkaya di dunia.<br />
<br />
Berikut ini adalah wawancara yang pernah Warren Buffett lakukan dengan CNBC. Dalam wawancara tersebut ditemukan beberapa aspek menarik dari hidupnya :<br />
<br />
<b>“Anjurkan anak anda untuk berinvestasi”</b><br />
Ia membeli saham pertamanya pada umur 11 tahun dan sekarang ia menyesal karena tidak memulainya dari masih muda.<br />
<br />
<b>“Dorong Anak Anda untuk mulai belajar berbisnis”</b><br />
Ia membeli sebuah kebun yang kecil pada umur 14 tahun dengan uang tabungan yang didapatinya dari hasil mengirimkan surat kabar.<br />
<br />
<b>“Ia masih hidup di sebuah rumah dengan 3 kamar berukuran kecil di pusat kota Ohama, yang ia beli setelah ia menikah 50 tahun yang lalu”</b><br />
<br />
<b>“Jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan, dan dorong Anak Anda untuk berbuat yang sama”</b><br />
Ia berkata bahwa ia mempunyai segala yang ia butuhkan dalam rumah itu. Meskipun rumah itu tidak ada pagarnya.<br />
<br />
<b>“Jadilah apa adanya”</b><br />
Ia selalu mengemudikan mobilnya seorang diri jika hendak bepergian dan ia tidak mempunyai seorang supir ataupun keamanan pribadi.<br />
<br />
<b>“Berhematlah”</b><br />
Ia tidak pernah bepergian dengan pesawat jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan pembuat pesawat jet terbesar di dunia. Berkshire Hathaway, perusahaan miliknya, memiliki 63 anak perusahaan.<br />
<br />
<b>“Ia hanya menuliskan satu pucuk surat setiap tahunnya kepada para CEO dalam perusahaannya, menyampaikan target yang harus diraih untuk tahun itu”</b><br />
<br />
<b>“Tugaskan pekerjaan kepada orang yang tepat”</b><br />
Ia tidak pernah mengadakan rapat atau menelpon mereka secara reguler.<br />
<br />
<b>“Buat Tujuan yang jelas dan yakinkan mereke untuk fokus ke tujuan”</b><br />
Ia hanya memberikan 2 peraturan kepada para CEOnya. Peraturan nomor satu adalah : Jangan pernah sekalipun menghabiskan uang para pemilik saham. Peraturan nomor dua : Jangan melupakan peraturan nomor satu.<br />
<br />
<b>“Jangan Pamer, Jadilah diri sendiri & nikmati apa yang kamu lakukan”</b><br />
Ia tidak banyak bersosialisasi dengan masyarakat kalangan kelas atas. Waktu luangnya di rumah ia habiskan dengan menonton televisi sambil makan pop corn.<br />
<br />
Bill Gates, orang terkaya di dunia bertemu dengannya untuk pertama kalinya 5 tahun yang lalu. Bill Gates pikir ia tidak memiliki keperluan yang sangat penting dengan Warren Buffett, maka ia mengatur pertemuan itu hanya selama 30 menit.<br />
<br />
Tetapi ketika ia bertemu dengannya, pertemuan itu berlangsung selama 10 jam dan Bill Gates tertarik untuk belajar banyak dari Warren Buffett. Warren Buffett tidak pernah membawa handphone dan di meja kerjanya tidak ada komputer.<br />
<br />
<b>Berikut ini adalah nasihatnya untuk orang-orang yang masih muda:</b><br />
<br />
"Jauhkan dirimu dari pinjaman bank, hutang, cicilan atau kartu kredit dan berinvestasilah dengan apa yang kau miliki , serta ingat" :<br />
<br />
1. Uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang.<br />
<br />
2. Hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri.<br />
<br />
3. Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja.<br />
<br />
4. Jangan memakai merk, pakailah yang benar, nyaman untukmu.<br />
<br />
5. Jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting.<br />
<br />
6. With money:<br />
You can buy a house, but not a home.<br />
You can buy a clock, but not time.<br />
You can buy a bed, but not sleep.<br />
You can buy a book, but not knowledge.<br />
You can get a position, but not respect.<br />
You can buy blood, but not life.<br />
<br />
7. Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain. "Orang yang Berbahagia Bukanlah Orang yang Hebat dalam segala Hal, Tapi Orang yang Bisa Menemukan Hal Sederhana dalam Hidupnya dan selalu Mengucap Syukur."<br />
<br />
Sumber : id.wikipedia.org<br />
blog.unicom.ac<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-62991873295937250742015-06-14T02:17:00.000+07:002015-07-23T10:46:40.292+07:00Kisah Inspiratif, Penjual Kue dan Pemilik Toko<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtn4DlEHEVhYxBQU57-QzzY1XYlaJSb9unCszVui6wCYw0nkNf3rw3WS6x5oCKnkHow3imoJsxRkSWG9-rCXaupYgEQ3ND7e12elRRT0AJaiKQAbIWbywmwhupxo2laYk-L_5HVbCxMdkg/s1600/368.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Inspiratif, Penjual Kue dan Pemilik Toko" border="0" height="303" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtn4DlEHEVhYxBQU57-QzzY1XYlaJSb9unCszVui6wCYw0nkNf3rw3WS6x5oCKnkHow3imoJsxRkSWG9-rCXaupYgEQ3ND7e12elRRT0AJaiKQAbIWbywmwhupxo2laYk-L_5HVbCxMdkg/s320/368.jpg" title="Kisah Inspiratif, Penjual Kue dan Pemilik Toko" width="320" /></a></div>
<br />
HARI ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. “Bu… Beli kue saya… Belum laku satupun… Kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu…”<br />
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.<br />
“Ibu bawa kue apa?”<br />
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”<br />
Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”<br />
Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.<br />
Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu…<br />
“Sekarang makan makin susah, Bu…. Kemarin aja beras gak kebeli… Apalagi sekarang… Katanya bensin naik.. Apa-apa serba naik.. Saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur… Kalau masak nasi gak cukup.<br />
Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup…”<br />
<br />
“Anak ibu sakit apa?” Saya bertanya.<br />
“Gak tau, Bu… Batuknya berdarah…”<br />
Saya terpana. “Ibu, Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas. Kan ada BPJS…”<br />
Dia cuma tertunduk. “Saya bawa anak saya pakai apa, Bu? Gendong gak kuat.. .Jalannya jauh… Naik ojek gak punya uang…”<br />
“Ini Ibu kue bikin sendiri?”<br />
“Enggak, Bu… Ini saya ngambil.” jawabnya.<br />
“Terus ibu penghasilannya dari sini aja?”<br />
Dia mengangguk lemah…<br />
“Berapa Ibu dapet setiap hari?”<br />
“Gak pasti, Bu… Ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet Rp4 ribu -12 ribu paling banyak.”<br />
Kali ini air mata saya yang mulai mengalir. “Ibu pulang jam berapa jualan?”<br />
“Jam 2.. .Saya gak bisa lama lama, Bu.. Soalnya uangnya buat beli beras… Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya gak mau nyusahin orang.”<br />
<br />
“Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak-balik naik ojek bawa anak Ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja… Bawa kurma ini buat pengganjal lapar…”<br />
Ibu itu menangis… Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. “Kalau ibu mau beli.. Beli lah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu… Saya malu….”<br />
Saya pegang erat tangannya… “Ibu… Ini bukan buat ibu… Tapi buat ibu saya… Saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya… Tolong diterima…” Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. “Ibu pulang ya…”<br />
Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya. “Bu.. Saya gak mau ke sini lagi… Saya malu…. Ibu gak doyan kue jualan saya… Ibu cuma kasihan sama saya… Saya malu…”<br />
Saya cuma bisa tersenyum. “Ibu, saya doyan kue jualan Ibu, tapi saya kenyang… Sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. Sekarang Ibu pulang yaa…”<br />
Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot… Beliau terus berurai air mata.<br />
Lalu saya masuk lagi ke toko, membuka buka FB saya dan membaca status orang orang berduit yang menjijikan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***********</div>
<br />
Mariiiii budayakan untuk berusaha semaksimal hidup kita, jangan mudah menadahkan tangan... memberi dengan bijak, membuat hidup lebih bermakna.<br />
<br />
Selama badan sanggup berdiri, kaki sanggup melangkah, pantanglah untuk berkeluh kesah dan mengasihani diri ........<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-57934237429699999752015-05-05T10:57:00.000+07:002015-09-22T11:40:41.055+07:00Kisah Kaos Kaki Sobek Warisan Ayah<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLp3frutgsmuTct6gVvOMThJV_KGLlYLBfH71lasEMC1gPb3UKtRCTL_ogO7NveLAv5ieFplLO17P0UHb-lGOMcomTyqTnkyeoEwCTdjeKx7O7CdV9lZ8_G5SG-o8uM289v3YkQH2WYxng/s1600/hidup-setelah-mati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Kaos Kaki Sobek Warisan Ayah, kisah inspiratif, kisah islami, renungan hidup" border="0" height="321" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLp3frutgsmuTct6gVvOMThJV_KGLlYLBfH71lasEMC1gPb3UKtRCTL_ogO7NveLAv5ieFplLO17P0UHb-lGOMcomTyqTnkyeoEwCTdjeKx7O7CdV9lZ8_G5SG-o8uM289v3YkQH2WYxng/s400/hidup-setelah-mati.jpg" title="Kisah Kaos Kaki Sobek Warisan Ayah" width="400" /></a></div>
<br />
Alkisah seorang kaya raya sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, dikumpulkanlah anak-anak tercintanya.<br />
<br />
Beliau berwasiat:<br />
Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian:<br />
<br />
"Tolong dipakaikan kaos kaki kesayangan ayah walaupun kaos kaki itu sudah robek, ayah ingin memakai barang kesayangan yang penuh kenangan semasa bekerja di kantor ayah dan minta kenangan kaos kaki itu dipake bila ayah dikubur nanti."<br />
<br />
Singkat cerita, akhirnya sang ayah wafat. Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak-anaknya minta ke pak modin untuk memakaikan kaos kaki yang robek itu sesuai wasiat ayahnya.<br />
<br />
Akan tetapi pak modin menolaknya:<br />
"Maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat."<br />
<br />
Terjadi perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin yang juga ustad yang melarangnya.<br />
<br />
Karena tidak ada titik temu, dipanggilah penasihat sekaligus notaris keluarga tersebut.<br />
<br />
Beliau menyampaikan: "Sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk."<br />
<br />
Maka dibukalah surat wasiat almarhum untuk anak-anaknya yang di titipkan kepada notaris tersebut.<br />
<br />
Ini bunyinya:<br />
"Anak-anakku, pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaos kaki robek kepada mayat ayah"<br />
<br />
"Lihatlah anak-anakku, padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah dimana-mana, rumah mewah banyak, tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati."<br />
<br />
"Bahkan kaos kaki robek saja tidak boleh dibawa mati."<br />
<br />
"Begitu tidak berartinya dunia, kecuali amal ibadah kita, sedekah kita yang ikhlas."<br />
<br />
"Anak-anakku, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang sementara."<br />
<br />
"Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju ridho Allah."<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
********</div>
<br />
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini. Aamiin.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-13062698368338160942015-04-27T22:24:00.002+07:002015-04-27T22:24:50.677+07:00Kisah Inspiratif, Menyembunyikan Kebaikan Seperti Halnya Menyembunyikan Keburukan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6z8aKF0PDqFr8KPEP4TYSBBzST4oIIWDn8ynwAMqr7yULdFwUhAEjI_LCkrJ6f46MjB_ttJTXDHcUtu5CyzzjJQX16HVhEmx4SJLGmPfWRkxX2Sw7J-PKLSxM4YWK2KnUkh5yL4ssqsM3/s1600/masjid-attaawun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Inspiratif, Kisah nyata, Menyembunyikan Kebaikan Seperti Halnya Menyembunyikan Keburukan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6z8aKF0PDqFr8KPEP4TYSBBzST4oIIWDn8ynwAMqr7yULdFwUhAEjI_LCkrJ6f46MjB_ttJTXDHcUtu5CyzzjJQX16HVhEmx4SJLGmPfWRkxX2Sw7J-PKLSxM4YWK2KnUkh5yL4ssqsM3/s1600/masjid-attaawun.jpg" height="266" title="Kisah Inspiratif, Menyembunyikan Kebaikan Seperti Halnya Menyembunyikan Keburukan" width="400" /></a></div>
<br />
Ini adalah kisah dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zainal. Ahmad ini pintar, cerdas, tapi kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zainal adalah sahabat yang biasa saja, tapi keadaan orang tuanya mendukung karir masa depan.<br />
<br />
Keduanya bertemu. Bertemu di tempat istimewa; koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, pemandangan pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Sungguh indah mempesona.<br />
<br />
Zainal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah, necis, perlente, tapi tetap menjaga kesholihannya. Setiap keluar kota, ia menyempatkan singgah di masjid kota yang ia singgah. Untuk memperbaharui wudhu dan sujud syukur. Syukur masih mendapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah sebagai tambahan.<br />
<br />
Ia tiba di Puncak, Bogor, mencari masjid. Sembari menepikan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.<br />
Di sanalah ia temukan Ahmad. Terperangah. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak berada, tapi pintar luar biasa.<br />
Zainal tak sangka bila berpuluh tahun kemudian ia temukan Ahmad sebagai merbot masjid.<br />
<br />
“Maaf, kamu Ahmad kan? Ahmad kawan Sekolah Menengah, dulu?”.<br />
Yang disapa tak kalah mengenali. Keduanya berpelukan.<br />
“Keren sekali kamu ya Mas… Mantap…”. Zainal terlihat masih dalam keadaan berdasi. Lengan yang digulung untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam ber-merk terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.<br />
Zainal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel, khas merbot. Celana digulung, dan peci 8 dongak hingga jidat lebar terilhat jelas.<br />
<br />
“Mad… Ini kartu nama saya…”.<br />
Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wah, keren."<br />
“Mad, selepas saya shalat, kita bincang ya? Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.<br />
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita bincang.<br />
<br />
Sambil wudhu, Zainal tak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zainal menyesalkan kondisi negeri ini yang tak berpihak kepada orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.<br />
<br />
Air wudhu membasahi wajah… Sekali lagi Zainal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaan ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “Office Boy”.<br />
<br />
Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zainal. Tampaknya shalat sunnah. Ya, Zainal sudah menunaikan shalat fardhu di masjid sebelumnya.<br />
<br />
Zainal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”.<br />
Zainal menyelesaikan doa secara singkat, ingin segera bincang dengan Ahmad.<br />
“Pak”, tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.<br />
“Iya Mas..?”<br />
“Bapak kenal dengan bapak Insinyur Haji Ahmad…?”<br />
“Insinyur Haji Ahmad…?”<br />
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”<br />
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”<br />
“Itu, yang barusan bincang dengan Bapak…”<br />
“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Sudah haji?”<br />
“Dari dulu sudah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun masjid ini…”.<br />
Kalimat datar yang cukup menampar hati Zainal… sudah haji… dari sebelum bangun masjid ini…<br />
<br />
Anak muda tersebut menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah merbot asli di masjid ini. Saya karyawan beliau. Beliau yang bangun masjid ini. Di atas tanah wakaf pribadi. Beliau bangun masjid indah ini sebagai transit bagi siapapun yang hendak shalat. Bapak lihat mall megah di bawah sana? Juga hotel indah di seberangnya? … Itu semua milik beliau... Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh; senang menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya diminta mengaji dan azan saja…”.<br />
Wah, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zainal…<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
*****</div>
Jika Zainal adalah kita, mungkin saat bertemu kawan lama yang sedang bersihkan toilet, segera beritahu posisi kita, siapa kita yang sebenarnya.<br />
<br />
Atau jika kita adalah Ahmad, kawan lama menyangka kita merbot masjid, kita akan menyangkal, lalu menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah bahwa kita adalah pewakaf dan yang membangun masjid.<br />
<br />
Kita bukan Haji Ahmad. Ia selamat dari rusaknya nilai amal, tenang, adem. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan. Dan kemudian Allah yang memberitahu siapa sebenarnya. Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukannya.<br />
<br />
Sumber: https://www.facebook.com/KomunitasOneDayOneJuz/posts/10153732189042785<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-73962339315685980132015-03-02T20:19:00.001+07:002015-03-02T20:19:44.969+07:00Kisah Nyata Mengharukan Seorang Siswi SMA dari Yaman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgaDgCDucifxJTiNIAK7TjQSvIUXL0g6xyhJbKYOZpAGfaBpcU4E9_eiVlVslLmzcxrfMKxdVrF8NMAcYwLlwrYr4I6K8UrOGJBo4S_f_0XZK-h7Cuqq-jRO9Fd6h_QX3RCQYSeGwaRyw3/s1600/siswi-sma-yaman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Nyata Mengharukan Seorang Siswi SMA dari Yaman" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgaDgCDucifxJTiNIAK7TjQSvIUXL0g6xyhJbKYOZpAGfaBpcU4E9_eiVlVslLmzcxrfMKxdVrF8NMAcYwLlwrYr4I6K8UrOGJBo4S_f_0XZK-h7Cuqq-jRO9Fd6h_QX3RCQYSeGwaRyw3/s1600/siswi-sma-yaman.jpg" height="248" title="Kisah Nyata Mengharukan Seorang Siswi SMA dari Yaman" width="400" /></a></div>
<br />
Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan'a' yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana<br />
yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang dilarang di bawa ke dalam sekolah, seperti: telepon genggam yang di lengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik.<br />
<br />
Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain. Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya. Semua kelas sudah dirazia hingga tersisa satu kelas terakhir, kelas dimana terdapat seorang siswi yang memulai menceritakan kisah ini.<br />
<br />
Seperti biasa, dengan penuh percaya diri, tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun di mulai..<br />
<br />
Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga di kenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainny. Ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar.<br />
<br />
Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat gilirannya untuk diperiksa, semakin tampak raut takut wajahnya. Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya?<br />
<br />
Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk di periksa. Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya! Kini giliran diperiksa. Dan dari sinilah dimulai kisahnya...<br />
<br />
"Buka tasmu, wahai putriku.."<br />
<br />
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, iapun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan.<br />
<br />
"Berikan tasmu.."<br />
<br />
Ia menoleh dan menjerit, "Tidak...! Tidak...! Tidak...!!"<br />
<br />
Perdebatan pun terjadi sangat tajam.<br />
<br />
"Berikan tasmu.."<br />
<br />
"Tidak...!"<br />
<br />
"Berikan.."<br />
<br />
"Tidak...!"<br />
<br />
Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih dipegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan!<br />
<br />
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin (bukan siswi yang amburadul), terkejut menyaksikan kejadian tersebut. Tempat itupun berubah menjadi hening. Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut.<br />
<br />
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja. Merekapun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya.<br />
<br />
Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor Kepala Sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan. Siswi tersebut memperhatikan orang-orang di sekitarnya dengan penuh kebencian.<br />
<br />
Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka Kepala Sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja.<br />
<br />
Kepala Sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, "Apa yang engkau sembunyikan, wahai putriku..?"<br />
<br />
Dalam sekejap siswi tersebut bersimpati kepada Kepala Sekolah dan bersedia membuka tasnya.<br />
<br />
Ternyata.....<br />
<br />
Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto. Demi Allah, itu semua tidak ada! Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti. Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut!<br />
<br />
Setelah merasa tenang, siswi itu mulai bercerita:<br />
<br />
"Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku sarapan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini.<br />
<br />
Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami.<br />
<br />
Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..."<br />
<br />
Saat itu juga semua yang hadir menangis sejadi-jadinya, bahkan tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi yang mulia tersebut. Maka tirai pun ditutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya.<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
*****</div>
Ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka.<br />
<br />
Sebaiknya seluruh sekolah dan pesantren mendata kondisi ekonomi para siswa atau santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik.<br />
<br />
<a href="http://yayasankalimatunsawaindonesia.org/isi-tas-siswi-sma-yang-membuat-menangis-siapapun/" target="_blank">Sumber</a>Unknownnoreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-40268010552870865232015-02-28T21:16:00.000+07:002016-06-07T21:24:51.624+07:00Kisah Para Nabi dan Rasul - Kisah Nabiyullah Shalih ‘Alayhi Salam<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXnDDJfRx8eNjPUdWTbUQhyphenhyphenv3OjDcXL8pQ7p2RS-Vr3SIPC1gRRe5WbiLQBQToMk5za9dvtPmkTSzfLIPjY3QufqsLkvuc88ORHNCwgLlNBU11sq__MTpYlkvW4OZv7kZy1nrUPkU7LGLS/s1600/Kisah+para+Rasul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Para Nabi dan Rasul - Kisah Nabiyullah Shalih ‘Alayhi Salam, kisah, kisah dalam Al-Quran, kisah dalam hadits, kisah islami, Kisah Nabi dan Rasul" border="0" height="355" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXnDDJfRx8eNjPUdWTbUQhyphenhyphenv3OjDcXL8pQ7p2RS-Vr3SIPC1gRRe5WbiLQBQToMk5za9dvtPmkTSzfLIPjY3QufqsLkvuc88ORHNCwgLlNBU11sq__MTpYlkvW4OZv7kZy1nrUPkU7LGLS/s400/Kisah+para+Rasul.jpg" title="Kisah Para Nabi dan Rasul - Kisah Nabiyullah Shalih ‘Alayhi Salam" width="400" /></a></div>
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam melewati bekas kampung-kampung Tsamud yang dibinasakan oleh Allah ketika mereka menyembelih unta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para sahabat berdiri di sumur yang dahulu didatangi oleh unta tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyampaikan kepada mereka berita tentang tempat itu. Beliau mengetahuinya dengan pasti. Dari sanalah unta itu datang dan ia pun kembali dari jalan itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam memperingatkan mereka agar tidak berlaku seperti perilaku kaum Nabi Shalih. Mereka meminta ayat (mukjizat), lalu Allah mengeluarkan kepada mereka mukjizat besar, yaitu unta. Mereka mendustakan dan menyembelihnya, maka Allah membinasakan mereka dan menurunkan adzab dan balasanNya.<br />
<br />
<br />
<b>NASH HADITS</b><br />
<b><br /></b>
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Jabir. Ia berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam melewati Hijr, beliau bersabda, 'Janganlah kalian meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat). Kaum Shalih telah memintanya, maka ia (unta) datang dari jalan ini dan pergi dari jalan ini. Lalu mereka melanggar perkara Tuhan mereka dan menyembelihnya. Unta itu minum air mereka satu hari dan mereka minum air susunya satu hari, lalu mereka menyembelihnya. Maka mereka ditimpa oleh suara yang keras. Allah membinasakan semua yang ada di kolong langit dari mereka, kecuali satu orang yang berada di Haram'." Mereka bertanya, "Siapa dia, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dia adalah Abu Righal. Ketika dia keluar dari Haram, dia tertimpa seperti yang menimpa kaumnya."<br />
<br />
<br />
<b>TAKHRIJ HADITS</b><br />
<b><br /></b>
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 3/296. Ibnu Katsir setelah menyebutkannya berkata, "Hadits ini di atas syarat Muslim, dan ia tidak tertulis di salah satu dari<br />
enam kitab (Kutubus Sttah)." Al-Bidayah wan Nihayah, 1/137. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani dalam Ausath. Lafazhnya ada di dalam surat Hud. Dan Ahmad meriwayatkan hadits senada. Rawi-rawi Ahmad adalah rawi-rawi hadits shahih." Majmauz Zawaid, 6/194.<br />
<br />
<b><br /></b>
<b>PENJELASAN HADITS</b><br />
<b><br /></b>
Allah Tabaraka wa Taala menceritakan kepada kita kisah Nabiyullah Shalih ‘Alayhi Salam dengan kaumnya, Tsamud. Kisah ini berisi peristiwa dan kejadian yang jelas lagi terperinci. Kisah ini tidak disinggung di Taurat, dan ahli kitab tidak mengetahui berita tentang Tsamud (kaum Nabi Shalih) dan 'Ad (kaum Nabi Hud). Padahal Al-Qur'an menyampaikan kepada kita bahwa Musa menyebutkan dua umat ini kepada kaumnya "Dan Musa berkata, 'Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang Rasul-Rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata, lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian) dan berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang<br />
menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya'." (QS. Ibrahim: 8-9) Seorang mukmin dari keluarga Fir'aun berkata, "Dan orang yang beriman itu berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud." (QS. Ghafir: 30-31)<br />
<br />
Buku-buku sunnah memberitakan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam melewati kampung Tsamud yang bernama Hijr pada perjalanannya menuju perang Tabuk. Beliau<br />
singgah bersama para sahabat di perkampungan mereka. Para sahabat mengambil air dari sumur-sumur di mana Tsamud mengambil air darinya. Dengan air itu mereka membuat adonan roti, sementara bejana telah disiapkan di atas api. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam memerintahkan agar bejananya ditumpahkan dan adonannya diberikan kepada unta. Kemudian beliau meneruskan perjalanan sampai di sumur di mana unta Shalih minum darinya. Dan beliau melarang para sahabat untuk masuk ke daerah suatu kaum yang diadzab kecuali dalam keadaan menangis. Beliau pun menjelaskan alasannya, "Aku khawatir kalian akan tertimpa oleh apa yang menimpa mereka." (Hadis-hadis dalam tema ini di Shahih Bukhari 6/378 no. 3378-3381.<br />
Shahih Muslim 4/2286 no. 2981)<br />
<br />
Apabila manusia berada di suatu tempat di mana telah terjadi peristiwa besar, baik pada masa itu atau sebelumnya, maka perhatian mereka tertuju kepada peristiwa tersebut. Apabila ia seorang dai kepada Allah, maka dia bisa memanfaatkan peluang untuk mengingatkan manusia dengan apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu, memperingatkan mereka agar tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan dan tidak berjalan di atas jalan mereka. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Beliau menyampaikan kepada mereka tentang apa yang telah Allah sampaikan kepadanya. Beliau menunjukkan jalan di mana unta Shalih datang darinya menuju sumur, dan jalan di mana darinya unta itu meninggalkan sumur. Nabi juga memberitahu mereka bahwa unta Shalih berbagi air dengan kaum Shalih pada hari di mana ia mendatangi sumur dan minum darinya. Pada hari berikutnya ia tidak minum apa pun. "Ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air dan kamu mendapatkan giliran pula untuk mendapatkan air pada hari tertentu." (QS. Asy-Syuara: 155). "Dan berikan kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka dengan unta betina itu, tiap-tiap giliran minum dihadiri oleh yang punya hak giliran." (QS. Al-Qamar: 28).<br />
<br />
Di antara keunikan unta Shalih yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah, bahwa kaum Shalih memerah susunya dalam kadar sekehendak mereka. Maka air yang diminum oleh unta pada hari gilirannya tergantikan oleh susunya yang melimpah, dan mereka mendapatkannya tanpa lelah dan capek. Walaupun Tsamud telah mengambil keuntungan besar dari unta Shalih, tetapi mereka tetap merasa sempit dan membenci keberadaannya di antara mereka. Maka mereka menyembelihnya.<br />
<br />
Al-Qur'an telah menyatakan bahwa pembunuh unta ini adalah orang tercelaka di kalangan Tsamud, "Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasulullah berkata kepada mereka, 'Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya'. Lalu mereka mendustakannya dan menyembelihnya." (QS. AsySyams: 12-14). Rasulullah telah menjelaskan kepada kita tentang pembunuh unta itu di dalam salah satu hadits, bahwa dia adalah laki-laki merah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah bersabda kepada Ali dan Ammar, "Maukah kalian berdua aku beritahu siapa orang yang paling celaka dari dua orang laki-laki?" Kami menjawab, "Ya, ya Rasulullah." Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Seorang laki-laki berkulit merah di kalangan Tsamud pembunuh unta dan orang yang memukulmu, ya Ali, di sini (ubun-ubunnya) hingga basah oleh darah – yakni jenggotnya." ( Diriwayatkan oleh Ahmad di Musnadnya 4/263)<br />
<br />
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyatakan bahwa dia adalah pembesar kaumnya. Di dalam Shahihain, 'Ketika bangkit orang yang paling celaka', Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Bangkitlah seorang laki-laki yang kotor, busuk, perusak, mulia di antara kaumnya seperti Abu Zam'ah." (Shahih Bukhari 6/378, no. 3377. Lihat ujung-ujungnya di 4942, 5204, 6042. Muslim 4/2191 no. 2855)<br />
<br />
Manakala mereka menyembelihnya, Shalih, Nabi mereka, menjanjikan siksa setelah tiga hari. Dia berkata kepada mereka, "Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shalih, 'Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak didustakan." (QS. Huud: 65) Pada hari ketiga datangnya adzab berupa suara yang menggelegar. "Jika mereka berpaling, maka katakanlah, 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Al-Fushshilat: 13). "Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu. Maka mereka disambar petir, adzab yang menghinakan lantaran apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Fushshilat: 17)<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah memberitahukan kepada kita bahwa suara menggelegar itu telah membinasakan semua yang ada di bumi dari kabilah itu, tanpa ada beda antara yang tinggal di daerahnya atau sedang bepergian ke daerah lain yang jauh. Tidak ada yang selamat kecuali seorang laki-laki dari kalangan mereka yang pada waktu itu sedang berada di Haram. Haram melindunginya dari adzab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menyebutkan namanya, orang itu dipanggil<br />
dengan nama Abu Righal. Akan tetapi, dia pun tertimpa apa yang menimpa kaumnya begitu dia keluar dari Haram.<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam memperingatkan para sahabat agar tidak meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat) seperti kaumnya Nabi Shalih, karena ditakutkan mereka akan<br />
mendustakannya lalu mereka binasa seperti kaum Shalih.<br />
<br />
<br />
<b>PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH </b><b>HADITS</b><br />
<br />
1. Peringatan terhadap sikap memohon ayat-ayat (mukjizat). Orang-orang terdahulu telah memohon kepada Rasul-Rasul mereka. Permohonan mereka dikabulkan, tetapi mereka mendustakannya. Mereka dibinasakan karenanya.<br />
<br />
2. Berhati-hatilah terhadap adzab, murka dan siksa Allah lantaran telah mendustakan Rasul-Rasul dan kitab-kitabNya.<br />
<br />
3. Unta betina pemberian Allah kepada Nabi Shalih adalah ayat yang besar. Bentuk tubuhnya besar. Penampilannya mengundang decak kagum. Ia memiliki ciri-ciri istimewa yang tidak dimiliki oleh unta selainnya.<br />
<br />
4. Anjuran berhenti sesaat di tempat-tempat yang pernah terjadi peristiwa-peristiwa besar, agar bisa mengambil pelajaran dan nasihat, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam berhenti di sebuah sumur di perkampungan Tsamud. Allah telah memerintahkan di dalam kitab-Nya agar berjalan di muka bumi dan merenungkan akhir perjalanan orang-orang terdahulu dengan mengambil pelajaran dan peringatan dari mereka. "Katakanlah, 'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang mendustakan itu'." (QS. Al-An'am: 11). "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul)." (QS. Ali Imran: 137)<br />
<br />
5. Detailnya ilmu Nabi. Beliau menunjukkan jalan yang dilalui oleh unta itu untuk mendatangi sumur dan jalan yang dilalui ketika meninggalkannya. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, karena dia diberitahu oleh Dzat yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.<br />
<br />
6. Haram melindungi orang yang berlindung dengannya, melindungi Abu Righal dari adzab Allah. Manakala dia keluar darinya, dia pun tertimpa adzab seperti kaumnya.<br />
<br />
7. Lindungan Haram kepada Abu Righal menunjukkan bahwa hal ini telah ada sebelum Ibrahim. Nabiyullah Shalih dan kaumnya, Tsamud, adalah kaum sebelum Ibrahim ‘Alayhi Salam. Shalih berasal dari bangsa Arab keturunan Nuh ‘Alayhi Salam. Haramnya Makkah sebelum Ibrahim didukung oleh ucapan Ibrahim, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati." (QS. Ibrahim: 37)<br />
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-31456305296618971722015-02-18T10:58:00.001+07:002015-02-18T10:58:26.995+07:00Kisah Jenderal Sutarman, Kapolri Yang Pernah Menjadi Kuli Bangunan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfKQrkKB-UBHUSKPvB1jYZeCKUF6JtHlmH-8fNwrVXp6Ld7wc_Ki4ElTFWV1JxLaZ8zc43twWHmYI77-XM3_M3r9bHPY2D4hHSJLIBKR5VJ1TQheYqfYZWbsl8stvRgeIOnmRdxqMjhZwI/s1600/jenderal-sutarman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Jenderal Sutarman, Kapolri Yang Pernah Menjadi Kuli Bangunan, biografi sutarman, kisah inspiratif" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfKQrkKB-UBHUSKPvB1jYZeCKUF6JtHlmH-8fNwrVXp6Ld7wc_Ki4ElTFWV1JxLaZ8zc43twWHmYI77-XM3_M3r9bHPY2D4hHSJLIBKR5VJ1TQheYqfYZWbsl8stvRgeIOnmRdxqMjhZwI/s1600/jenderal-sutarman.jpg" height="368" title="Kisah Jenderal Sutarman, Kapolri Yang Pernah Menjadi Kuli Bangunan" width="640" /></a></div>
<br />
Jenderal Polisi Drs. H. Sutarman (lahir di Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, 5 Oktober 1957) adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang menjabat sejak 25 Oktober 2013 menggantikan Jenderal Timur Pradopo. Sutarman dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pada 25 Oktober 2013.<br />
<br />
Sebelumnya ia merupakan Kabareskrim Mabes Polri yang menjabat sejak 6 Juli 2011 hingga 24 Oktober 2013. Dia didapuk sebagai orang nomor satu di Bareskrim menggantikan Ito Sumardi Ds yang pensiun.<br />
<br />
Jenderal Sutarman tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Pada tahun 2000, dia adalah Ajudan Presiden RI pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian akhir 2004, dia menjabat Kapolwiltabes Surabaya, lantas berturut-turut sebagai Kapolda Kepri, Kakaskus Lemdiklat Polri, lalu Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya.<br />
<br />
Uniknya Putra pasangan Paidi Pawiro Mihardjo dan Samiyem ini pernah menggantikan Timur Pradopo (mantan Kapolri) di empat jabatan, yakni Kakaskus Lemdiklat Polri, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, dan Kapolri.<br />
<br />
Ia menjadi calon tunggal Kapolri setelah diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada DPR-RI pada tanggal 27 September 2013. Surat yang berisi pengusulan alumnus Akpol 1981 itu diterima langsung oleh Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso.<br />
<br />
Pada tanggal 16 Januari 2015, Sutarman diberhentikan secara terhormat dan digantikan oleh Plt. Badrodin Haiti, meskipun Sutarman baru akan pensiun 9 bulan kemudian.<br />
<br />
Sosok Jendral (Pol) Sutarman ternyata jauh dari kesan glamor. Di masa mudanya, mantan Kapolri ini bahkan pernah menjadi kuli bangunan dan berjualan tongseng untuk menyambung hidup, sebelum akhirnya diterima masuk Akabri.<br />
<br />
Lahir di sebuah desa kecil di wilayah Sukoharjo 5 Oktober 1957, tepatnya di RT 003 RW 011 Dayu, Desa Tawang, Kecamatan Weru, atau berjarak 5 kilometer dari pusat kota.<br />
<br />
Sutarman terlahir dari keluarga petani yang sangat sederhana. Ayahnya bernama Pawiro Miharjo dan ibunya Samiyem. Ibu kandung Sutarman, Samiyem meninggal dunia akibat sakit kanker payudara yang dideritanya. Sutarman adalah sulung dari lima bersaudara. Sejak kecil kakak dari Harmini Tekno, Haryati dan Harwanti, sudah berkeinginan masuk AKABRI. Keluarganya sama seperti penduduk desa lainnya yang berprofesi petani. Bahkan sampai saat ini ayahnya masih mengerjakan sawah sendiri dan beternak sapi.<br />
<br />
Kesan mewah tak terlihat dari kondisi bangunan tempat tinggal Sutarman. Seperti umumnya rumah pedesaan, rumah Sutarman memiliki halaman yang luas. Yang membedakan dengan rumah yang lain adalah pagar tembok yang mengelilingi seluruh bangunan rumah.<br />
<br />
Bagaimana kehidupan Sutarman sewaktu kecil? Sutarman kecil adalah anak yang pintar, disiplin, rajin dan pekerja keras. Sejak SMP sudah membantu orang tuanya dengan berjualan bambu, bekerja di sawah sampai menggembala kerbau.<br />
<br />
Saat kecil Tarman (biasa dia dipanggil) bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ganggang, Weru. Selepas itu melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cawas, Klaten dan dan masuk STM di Sukoharjo (sekarang Bina Patria I Sukoharjo) jurusan mesin.<br />
<br />
Setelah lulus STM Tarman berniat untuk masuk Akabri, namun karena pada saat itu usianya belum cukup, Tarman dinyatakan tidak lulus. Sosok Tarman yang ulet, rajin dan pekerja keras membuatnya tidak mau berpangku tangan saja. Tarman sempat tidak mau lagi mendaftar ke Akabri, tapi bapaknya terus memecut Tarman agar tidak putus asa.<br />
<br />
Setelah tidak lolos ujian masuk Akabri, Tarman sempat menjadi kuli bangunan. Tak hanya itu saja Tarman sempat berjualan bambu keliling. Selain menjadi kuli bangunan dan berjualan bambu keliling, Tarman ikut temannya Simin berjualan tongseng keliling yang dijajakan dengan cara dipikul di sekitar pasar Gembrong, Pasar Senin, Jakarta.<br />
<br />
Selama satu bulan itulah, Tarman tanpa rasa malu berkeliling menjajakan tongseng. Bahkan meskipun dirinya bisa dikatakan guru membuatkan tongseng, dalam waktu singkat Tarman bisa mempelajari cara membuat tongseng. "Bisa dikatakan beliau lebih jago buat tongsengnya," .<br />
<br />
Tarman hanya satu bulan saja ikut berjualan tongseng sebelum akhirnya Tarman pamit untuk menjadi kuli bangunan lagi. Setelah itu Tarman mendaftar lagi ke Akabri dan Alhamdulillah lulus. Dari sini lah karier bhayangkaranya bermula sampai akhirnya mencapai puncak jabatan tertinggi di kepolisisan.<br />
<br />
Setelah menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Sutarman memarkir mobil dinas mewah “peninggalan” Kapolri Timur Pradopo. Sutarman memilih menggunakan Toyota Kijang Innova sebagai mobil dinasnya. Mobil warna hitam mengkilap itu dipasangi nomor dinas Kapolri 1-00 lengkap dengan empat bintang.<br />
<br />
Selama menjabat Kabareskrim, Sutarman juga lebih suka menggunakan Kijang Innova dan memarkir Nissan Teana yang menjadi jatahnya. Sebelumnya Sutarman juga diketahui "memarkir" enam orang walpri (pengawal pribadi) yang selama ini bertugas mendampingi Kapolri saat melakukan perjalanan ataupun berkegiatan di luar markas besar.<br />
<br />
Saat itu Sutarman beralasan tidak ingin iring-iringan Kapolri mengganggu masyarakat. Walpri dapat ditugaskan untuk melayani masyarakat, dan efisiensi serta efektivitas kerja karena Polri selama ini kekurangan personel untuk melayani masyarakat.<br />
<br />
Selama ini, dalam prosedur perjalanan dan kegiatan di Jakarta dan sekitarnya, Kapolri berhak menggunakan mobil dinas resmi. Di dalam mobil itu dia didampingi seorang sopir, ajudan, dan kadang sekretaris pribadi. Di depan mobil itu biasanya terdapat pengawal pembuka jalan dengan motor (voorrijder). Lalu di belakang mobil dinas Kapolri -Toyota Camry atau Toyota Land Cruiser- terdapat sebuah mobil Nissan Terrano yang ditumpangi walpri.<br />
<br />
Mantan Kapolri Jenderal Polisi Sutarman berjanji tidak terjun ke dalam politik seusai menyerahkan wewenang dan tanggung jawab kapolri kepada Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti. Ia memilih untuk menjadi petani. "Saya janji ke diri saya untuk tidak lagi terjun di kegiatan-kegiatan pemerintahan dan politik. Saya akan habiskan sisa hidup saya untuk kepentingan-kepentingan sosial," kata Sutarman dalam Upacara penyerahan tugas, wewenang dan tanggung jawab Kapolri Kepada Wakapolri. Ia mengaku telah secara tulus dan ikhlas melepaskan jabatan sebagai kapolri. Ia menegaskan pihaknya loyal kepada Presiden dan tunduk pada apa pun keputusan Presiden Joko Widodo. Bahkan, Jokowi sempat menawarinya jabatan sebagai duta besar, tetapi ditolaknya. "Saya sudah bekerja di pemerintah hampir 34 tahun sejak 1981. Kedepan saya akan bantu bapak saya bertani. Dengan bertani sama saja membantu presiden untuk menyiapkan ketersediaan pangan negeri," katanya.<br />
<br />
******<br />
Smoga kisah ini dapat menginspirasi teman-teman semua agar tetap bersemangat dan jangan menyerah dalam menjalani hidup, bekerja keras, optimis dan berdoa merupakan kunci meraih kesuksesan.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutarman" target="_blank">Wikipedia</a><br />
<a href="http://instagram.com/polisi_indonesia/" target="_blank">Instagram</a><br />
<a href="http://www.kaskus.co.id/thread/54c7430560e24b952c8b4568/?ref=homelanding&med=hot_thread" target="_blank">Kaskus</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-34646620459952342782015-01-18T14:35:00.000+07:002015-01-18T14:35:18.668+07:00Kita Akan Menjadi Apa Yang Kita Percayai<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrpRRkPbVwd3cTbd_njOT1E0JaEQFKXbBK_SfGhxZzubYNM9ZE6CIP8lYu1uRBWbf86SMt5v_XlpjCzdFwIEhy-MFIUvrjrVBCbDbpUdPv1jHswP-fTuG3UMceo0Hjz-6fCFIhkqEhabzu/s1600/jadikan-menjadi-kenyataan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="motivasi, cerita inspiratif" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrpRRkPbVwd3cTbd_njOT1E0JaEQFKXbBK_SfGhxZzubYNM9ZE6CIP8lYu1uRBWbf86SMt5v_XlpjCzdFwIEhy-MFIUvrjrVBCbDbpUdPv1jHswP-fTuG3UMceo0Hjz-6fCFIhkqEhabzu/s1600/jadikan-menjadi-kenyataan.jpg" height="222" title="Kita Akan Menjadi Apa Yang Kita Percayai" width="640" /></a></div>
<br />
Suatu ketika, di sebuah lereng, tersebutlah seonggok sarang Elang. Di dalamnya terdapat 6 butir telur yang sedang dierami induknya. Suatu hari, terjadi sebuah gempa kecil dan mengakibatkan sebutir telur mengelinding ke bawah. Namun, induk Elang tak mengetahui hal itu. Untung lah, telur itu kuat, sehingga kemudian benda itu malah masuk ke dalam sebuah sangkar ayam. Seekor induk ayam yang sedang mengeram, lalu malah memasukkan telur itu ke dalam buaian bersama telur-telur ayam lainnya.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, menetas lah telur itu, dan keluarlah seekor anak Elang yang gagah. Namun, sayangnya, ia dilahirkan di tengah keluarga ayam. Lama kemudian Elang kecil itu, tumbuh bersama anak-anak ayam lainnya. Dan si Elang kecil itupun percaya bahwa ia adalah seekor anak ayam. Ia juga mencintai sangkar dan induk ayam, namun, ada keinginan lain di hati kecilnya.<br />
<br />
Elang kecil itu, suatu ketika, melihat elang-elang besar yang sedang mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa. Ia kagum sekali dengan kegagahan mereka.<br />
"Oh," Elang kecil itu memekik.<br />
"Andai saja, aku bisa terbang seperti burung-burung gagah itu." katanya sambil menatap langit.<br />
Anak-anak ayam lain tertawa mencericit. "Ha ha ha... kamu tak akan bisa terbang bersama mereka," ujar seekor anak ayam.<br />
"Kamu adalah ayam, dan ayam tak bisa terbang!" Hahahaha...<br />
Tawa anak-anak ayam itu kembali memenuhi telinga si Elang kecil. "Oh, andai saja..." ujarnya pelan.<br />
Elang kecil itu kembali menatap langit. Menatap keluarga yang sebenarnya di atas sana.<br />
<br />
Setiap waktu, saat Elang itu mengungkapkan impiannya, ia selalu diberi nasehat, bahwa itu adalah hal yang mustahil yang bisa dilakukannya. Dan hal itulah yang terus dipelajari oleh si Elang, bahwa ia tak mungkin bisa terbang, dan mengepakkan sayapnya di angkasa. Lama kemudian, si Elang berhenti bermimpi, dan melanjutkan hidupnya sebagai ayam biasa. Akhirnya, setelah sekian lama hidup menderita, dikekang dengan semua impiannya, si Elang pun mati.<br />
<br />
Ini adalah sebuah amsal yang baik tentang kehidupan. Ini, adalah sebuah permisalan yang indah tentang makna harapan dan impian-impian. Ada banyak sekali asa dan hasrat, yang akhirnya pupus, karena hilangnya rasa percaya dalam kalbu. Ada banyak sekali harapan-harapan yang hilang, hanya karena kita tak percaya dengan semua kemampuan yang kita miliki.<br />
<br />
Mungkin, kita ini adalah Elang-Elang kecil, yang bisa jadi lahir dalam buaian ayam. Kita semua adalah manusia-manusia hebat, yang punya banyak potensi. Allah berikan banyak anugerah buat kita, namun seringkali rasa percaya diri itu begitu kecil, tak mampu membuat kita yakin bahwa kita mampu, bahwa kita bisa. Allah berikan banyak sekali rahmat, namun seringkali itu semua itu tak membuat kita makin bersyukur, dan mau menjadikannya sebagai pendorong dalam hati.<br />
<br />
Kita akan menjadi apa yang kita percayai. Jadi, saat kita bermimpi untuk menjadi "elang", teruskan impian tadi, dan coba, abaikan dulu nasehat "ayam-ayam" itu. Karena siapa tahu, kita adalah calon "elang-elang" yang akan lahir dan mengepakkan sayap dengan indah di angkasa.<br />
<br />
*******<br />
<br />
Cerita di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-75798117692484483232015-01-05T20:45:00.000+07:002016-06-06T20:55:34.456+07:00Kisah Para Rasul - Kisah Kematian Nabiyullah Adam ‘Alayhi Salam<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeuFzLh_wq9I9EDGc1zdoeohC71g9AgcSwJzVAOCpYKTFy9CCLdjyiQSeozjZydAk609BR2vCrPqM68nhJnkQriaogz_a-dr4Xrn-uSWYyac9TCx-g5XU6zi1GV_lvuSYbaXzcdD666KU-/s1600/Kisah+para+Rasul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kisah Para Rasul - Kisah Kematian Nabiyullah Adam ‘Alayhi Salam, kisah, kisah dalam Al-Quran, kisah dalam hadits, kisah Nabi Adam, Kisah Nabi dan Rasul " border="0" height="355" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeuFzLh_wq9I9EDGc1zdoeohC71g9AgcSwJzVAOCpYKTFy9CCLdjyiQSeozjZydAk609BR2vCrPqM68nhJnkQriaogz_a-dr4Xrn-uSWYyac9TCx-g5XU6zi1GV_lvuSYbaXzcdD666KU-/s400/Kisah+para+Rasul.jpg" title="Kisah Para Rasul - Kisah Kematian Nabiyullah Adam ‘Alayhi Salam" width="400" /></a></div>
<br />
Kisah ini memberitakan kepada kita tentang saat-saat terakhir kehidupan bapak kita Adam dan keadaannya pada saat sakaratul maut. Para Malaikat memandikannya, memberinya wangi-wangian, mengkafaninya, menggali kuburnya, menshalatkannya, menguburkannya dan menimbunnya dengan<br />
tanah. Mereka melakukan itu untuk memberikan pengajaran kepada anak cucu sesudahnya, tentang bagaimana cara menangani orang mati.<br />
<br />
<br />
<b>NASH HADITS</b><br />
<br />
Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa'di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh di Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka menjawab, "Itu adalah Ubay bin Kaab." Ubay<br />
berkata, "Ketika maut datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, 'Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah Surga." Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh para Malaikat yang membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop, dan cangkul.<br />
<br />
Para Malaikat bertanya, "Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau Dan ke mana kalian pergi?" Mereka menjawab, "Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari Surga." Para Malaikat menjawab, "Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba."<br />
<br />
Lalu para Malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, "Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala." Lalu para Malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian."<br />
<br />
<br />
<b>TAKHRIJ HADITS</b><br />
<br />
Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/136.<br />
<br />
Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadits ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Kaab). Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah rawi-rawi hadits shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." Majmauz Zawaid, 8/199. Hadits ini walaupun mauquf (sanadnya tidak sampai pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam) pada Ubay bin Kaab, tetapi mempunyai kekuatan hadits marfu’, karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal untuk mengakalinya.<br />
<br />
<br />
<b>PENJELASAN HADITS</b><br />
<br />
Hadits ini menceritakan berita bapak kita, Adam manakala maut datang menjemputnya, Adam rindu buah surga. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada surga, dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu Surga, sementara dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan dan keenakannya untuk beberapa saat. Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah Surga merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian hadits menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia menghitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya telah habis.Perpindahannya ke alam Akhirat telah dekat. Dan tanpa ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus Surga lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari hal itu. Akan tetapi, karena rasa bakti mereka kepada bapak mereka, hal itulah yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.<br />
<br />
Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya, mereka telah dihadang oleh beberapa Malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki. Mereka<br />
telah membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati. Para Malaikat memperagakan apa yang<br />
dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah seperti pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, juga membawa kapak, cangkul, dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.<br />
Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para Malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.<br />
<br />
Manakala para Malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya sehingga dia berlindung kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia, karena para Rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan akhirat) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam kepada kita. Adam tidak menggubris dan menghardinya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku pernah melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk makan pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Surga.<br />
<br />
Para Malaikat mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi jenazahnya dan menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para Malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur dan menimbunkan tanah kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam. Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian." Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal mengurusi mayat kalian.<br />
<br />
Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh Rasul dan semua orang beriman di bumi ini, mulai sejak saat itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya berarti menyimpang dari petunjuk Allah, yang besar kecilnya tergantung pada kadar penyimpangannya. Barang siapa melihat tuntunan kaum muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, maka dia pasti melihat kesamaan antara hal itu dengan perlakuan para Malaikat kepada Adam.<br />
<br />
Sepanjang sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian besar umat manusia. Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun bangunan megah, seperti piramid, untuk mengubur orang yang mati dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya. Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau kayu. Semua itu menuntut biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk sesuatu yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.<br />
<br />
<br />
<b>PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH</b><br />
<b>HADITS</b><br />
<br />
1. Disyariatkan menyiapkan mayit dan menguburkannya seperti disebutkan di dalam hadits.<br />
<br />
2. Sunnah terhadap mayit adalah petunjuk semua Rasul dalam setiap syariat mereka.<br />
<br />
3. Pengajaran Malaikat kepada anak-anak Adam tentang sunnah ini dengan ucapan dan perbuatan.<br />
<br />
4. Semua cara menangani mayit selain cara yang disebutkan di dalam hadits di atas adalah penyimpangan dari manhaj dan petunjuk Allah.<br />
<br />
5. Keutamaan mengurusi bapak kita Adam, jenazahnya, di mana para Malaikat menshalatkannya dan<br />
menguburkannya.<br />
<br />
6. Kemampuan para Malaikat untuk menjelma menjadi manusia dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia.<br />
<br />
7. Sudah munculnya beberapa peralatann sejak zaman manusia pertama, seperti kapak, cangkul dan sekop.<br />
<br />
8. Seseorang harus berhati-hati terhadap istrinya yang bisa menjadi penyebab penyimpangannya. Adam memakan buah karena hasutan Hawa. Dan Allah telah meminta kita agar berhati-hati terhadap sebagian istri dan anak-anak kita, "Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka." (QS. At-Thaghabun: 14)<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-17915577937621792132014-12-29T16:00:00.003+07:002014-12-29T16:00:59.509+07:00Kisah Sultan Hamengku Buwono IX ditilang Polisi Royadin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7jZpAzjmC4jWshaUvmuUEzY30w0_EE3Cb-8xmiDCGfzNXFWYKq1kpcT04-cygE64SxgzyTo_4Z2s0mGcBg0oexPHlVkbzq3s5GvjZEn9szu5racG4eWWRMgZYUnrONTUKoE_zJJI2_Jq9/s1600/Hamengku-Buwono-IX.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kisah, kisah inspiratif, Kisah Sultan Hamengku Buwono IX" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7jZpAzjmC4jWshaUvmuUEzY30w0_EE3Cb-8xmiDCGfzNXFWYKq1kpcT04-cygE64SxgzyTo_4Z2s0mGcBg0oexPHlVkbzq3s5GvjZEn9szu5racG4eWWRMgZYUnrONTUKoE_zJJI2_Jq9/s1600/Hamengku-Buwono-IX.jpg" height="400" title="Kisah Sultan Hamengku Buwono IX ditilang Polisi Royadin" width="300" /></a></div>
Kebiasaan Sultan Hamengku Buwono IX yang kerap menyetir seorang diri, membuahkan cerita mengharukan yang terjadi ketika Beliau ditilang seorang polisi berpangkat brigadir. Sultan mengaku salah, dan tanpa ragu si polisi yang bernama Royadin pun melaksanakan tugasnya. Tidak ada arogansi atau tawaran damai di tempat.<br />
<br />
Menyambut fajar dengan kabut tipis, pukul setengah enam pagi pertengahan tahun 60an, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di pertigaan depan Stasiun Poncol Semarang, di kawasan Simpang Lima dengan gagahnya.<br />
<br />
Becak dan delman amat dominan masa itu, suasana pagi mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Tiba-tiba sebuah sedan hitam ber plat AB buatan tahun 1950an melaju pelan dari arah selatan dan membelok ke barat yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah mobil yang amat jarang berlalu di jalanan berhenti dihadapannya.<br />
<br />
"Selamat pagi, bisa ditunjukan rebuwes," kata Royadin.<br />
Rebuwes adalah surat kendaraan saat itu.<br />
<br />
Pengemudi mobil itu membuka kacanya. Royadin hampir pingsan melihat siapa orang yang mengemudikan mobil itu, dia mengenali Sri Sultan Hamengku Buwono IX!<br />
"Ada apa pak polisi?" kata Sultan<br />
<br />
Dirinya tak habis pikir, orang sebesar sultan Hamengku Buwono IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke Semarang yang jauhnya cukup lumayan, entah tujuannya kemana.<br />
<br />
Sedetik Royadin gemetaran, tapi dia segera sadar. Semua pelanggaran harus ditindak.<br />
"Bapak melanggar verboden," katanya tegas pada Sultan. Lalu Royadin mengajak Sultan melihat papan tanda verboden itu, namun Sultan menolak.<br />
<br />
"Ya saya salah. Kamu yang pasti benar.<br />
"Jadi bagaimana? tanya Sultan.<br />
<br />
Pertanyaan sulit untuk Royadin. Di depannya berdiri sosok raja, pemimpin sekaligus pahlawan Republik. sedang dia hanya polisi muda berpangkat brigadir.<br />
<br />
"Maaf, sinuwun terpaksa saya tilang," kata Royadin.<br />
<br />
"Baik brigadir, kamu buat kan surat itu, nanti saya ikuti aturannya. Saya harus segera ke Tegal" jawab Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang.<br />
<br />
Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang sekaligus heran adalah, tidak sepatah kata pun yang keluar dari Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya. “Sungguh orang yang besar…!” gumamnya.<br />
<br />
Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat.<br />
<br />
Beberapa menit setelah Sinuwun berlalu, Royadin baru menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.<br />
<br />
Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut, lalu kembali kerumah dengan sepeda abu-abu tuanya.<br />
<br />
Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di Markas Polisi Semarang, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor. Royadin langsung disemprot sang komandan.<br />
<br />
"Royadin! Apa yang kamu perbuat?!<br />
"Apa kamu tidak berpikir?<br />
"Siapa yang kamu tangkap itu? Siapaaa?!<br />
"Ngawur kamu! Kenapa kamu tidak lepaskan saja Sinuwun, apa kamu tidak tahu siapa Sinuwun?! teriak sang komisaris yang di tangannya rebuwes milik Sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.<br />
<br />
"Siap pak! Beliau tidak bilang beliau itu siapa.<br />
"Beliau mengaku salah, dan memang salah," jawab Brigadir Royadin.<br />
<br />
"Ya tapi kan kamu mestinya mengerti siapa Beliau!!<br />
"Jangan kaku! Kok malah kamu tilang!!<br />
"Ngawur., kamu ngawur! Ini bisa panjang<br />
"bisa sampai Menteri Kepolisian Negara!<br />
komisaris nyerocos tanpa ampun. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.<br />
<br />
Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, Kepala polisi Semarang berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun, masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaan sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi Semarang mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.<br />
<br />
Banyak teman-teman Brigadir Royadin yang mentertawakan dirinya, bahkan ada isu yang ia dengar kalau dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota Semarang. Dia pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi, yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja. memang keras kepala kedengarannya.<br />
<br />
Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan kawasan Simpang Lima yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya ke ruang komisaris yang saat itu tengah menggenggam selembar surat.<br />
<br />
“Royadin.. minggu depan kamu diminta pindah!” lemas tubuh Royadin.<br />
Ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota Semarang setiap hari, sebab dimutasi karena ketegasan sikapnya.<br />
<br />
“Siap pak!” Royadin menjawab datar.<br />
<br />
“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan, untuk apa bawa keluarga ke tepi Semarang, ini hanya merepotkan diri saja.<br />
<br />
“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah yang sekarang” Brigadir Royadin menawar.<br />
<br />
“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Semarang-Jogja?<br />
"pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana,<br />
"pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.<br />
<br />
Ternyata surat itu dikirim dari jogya, Sultan meminta Brigadir Royadin dipindahkan ke jogya. Sultan terkesan atas tindakan tegas sang polisi.<br />
<br />
Surat bertuliskan tangan itu berisi permintaan yang intinya :<br />
"Mohon dipindahkan Brigadir Royadin ke Jogja, sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat" Ditandatangani Sri Sultan Hamengkubuwono IX.<br />
<br />
Royadin bergetar. Sebuah permintaan luar biasa dari orang yang juga luar biasa. Namun dengan berbagai pertimbangan Royadin akhirnya memilih tetap berada di Semarang.<br />
<br />
“Mohon bapak sampaikan ke sinuwun, saya sangat berterima kasih, saya tidak bisa pindah ke Jogja. Tolong sampaikan hormat saya pada beliau, dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya” Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan Hamengku Buwono IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.<br />
<br />
Sultan pun menghormati pilihan Royadin, dan Royadin tetap bertugas di Semarang.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
==========================</div>
<br />
Data yang dihimpun TribunJogja:<br />
Royadin lahir di Batang, 1 Desember 1926.<br />
Bertugas sebagai polisi selama 21 thn 1 bln.<br />
Pernah bertugas di Boyolali, Semarang dan pulang ke Batang sebagai Kapolsek Warungasem, Batang hingga pensiun dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu)<br />
<br />
Pada 14 Februari 2007, dalam usia ke 81 tahun Royadin berpulang di rumahnya, di Gang Sriti RT 06/RW 06 No 53, Legoksari, Proyonanggan Tengah, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, tak jauh dari ruas Jalan Gajahmada, jalan utama Kabupaten Batang. Lalu dimakamkan di pemakaman umum dekat rumahnya, berdampingan dengan makam istrinya yang meninggal dua tahun setelahnya. Anak-anaknya kini tersebar di Batang, Semarang, dan Purworejo.<br />
<br />
<br />
Di mata anak-anaknya, Royadin adalah ayah yang sederhana. Hidupnya lurus tidak pernah berbuat macam-macam. Bahkan, saat masih susah dan hanya bisa makan nasi jagung pun ayahnya tetap bertanggungjawab.<br />
<br />
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia rela menggadaikan apapun. Bahkan saat itu untuk memenuhi kebutuhan rumah, ayahnya sempat menggadaikan sarung dan tidak jarang pakaian dinasnya di pegadaian.<br />
<br />
Kisah ini pertama kali di angkat dalam artikel blogger Kompasiana, Aryadi Noersaid, yang dipostingkan 25 Juni 2011.<br />
<br />
Saat Pak Aryadi Noersaid, (keponakan Pak Royadin) mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan, Dia tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran.<br />
<br />
Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati. Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini.<br />
<br />
<br />
Sumber:<br />
merdeka.com jogjakini.wordpress.com tribunjogja.com<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
************</div>
<br />
Kisah di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-24234771410505658032014-12-16T15:55:00.000+07:002014-12-16T15:55:59.324+07:00Belajar Cinta Pada Khadijah<div style="text-align: right;">
</div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg0VloLIFP2RXZ0Pg153DtDjkH521nD6GEfoM7_PlfLtZL4AEWRjwHBtUrs78Jl-9X9eiF_7HA5RZZg3cQ7bkUeStZXXHz7f2SlUbehXtU3xSqnXYznGj8OGMe6W-O6Y2B1UthGufO2H64/s1600/Khadijah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="islamic motivation, cinta islami, cinta, Khadijah RA" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg0VloLIFP2RXZ0Pg153DtDjkH521nD6GEfoM7_PlfLtZL4AEWRjwHBtUrs78Jl-9X9eiF_7HA5RZZg3cQ7bkUeStZXXHz7f2SlUbehXtU3xSqnXYznGj8OGMe6W-O6Y2B1UthGufO2H64/s1600/Khadijah.jpg" height="489" title="Belajar Cinta Pada Khadijah" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sebaik baik wanita pada zamannya adalah Maryam putri Imran dan sebaik baik wanita dari umatnya adalah Khadijah. (HR. Bukhari Muslim)</div>
<br />
Jika ada perempuan yang membuat Aisyah cemburu besar, maka ia adalah Khadijah. Jika ada perempuan yang mampu membuat Rasulullah mengingatnya sepanjang waktu, bahkan ketika Beliau dengan Istri Istrinya, maka Khadijah lah orangnya, dan dengan Khadijah lah Rasulullah Bermonigami.<br />
<br />
Kisah Wanita Ummul- Mukminat Khadijah RA. Merupakan kisah yang penuh dengan Kemuliaan, kisah yang penuh dengan teladan. Tinta tinta sejarah telah mencatat keistimewaan yang dimilikinya. Ia meninggalkan teladan Indah untuk para Mukminah, bukan hanya berakhlakul Karimah tetapi bagaimana ia Beribadah, berkeluarga, dan bermuamalah.<br />
<br />
Segala Keistimewaan yang dimilikinya menjadikan ia Perempuan beruntung sepanjang masa. Ia mendapatkan Cinta sejati dari kekasih ALLAH. Bahkan ia Wanita pertama yang mendapatkan berita masuk Syurga serta mendapatkan Ucapan Salam dari ALLAH Subhanahu Wa Ta' ala.<br />
<br />
Akhlak Khadijah semestinya dijadikan gambaran bagaimana semestinya seorang istri bersikap kepada suaminya. Yang mampu memberikan Kebahagiaan kepada Keluarganya dan akhirnya terbentuklah keluarga yang Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah.<br />
<br />
<b>1. Menerima suami apa adanya</b><br />
Inilah teladan pertama yang di ajarkannya sebagaimana yang tercatat dalam Sejarah. Khadijah merupakan Wanita kaya raya di Seantero Mekkah. Dengan harta dan kecantikan yang di milikinya banyak laki laki yang hendak meminangnya. Tetapi Khadijah lebih memilih Muhammad yang tidak mempunyai apa apa. Kemiskinan Muhammad tidak membuat Khadijah malu, Ia begitu Mencintai dan menerima Muhammad apa adanya. Bagi Khadijah harta bukanlah segalanya, namun Kebaikan dan Kesalihan Rasulullah lah yang menjadi pilihan utamanya.<br />
<br />
<b>2. Selalu ada ketika suami membutuhkan</b><br />
Selama bersama Rasulullah, Khadijah selalu bersama dengan Beliau dalam suka dan duka. Bahkan ketika terjadi pemboikotan yang di lakukan oleh orang Quraisy, ia menjadi teman yang sangat setia. Tidak sedikitpun ia mengeluh atas semua yang terjadi pada keluarganya.<br />
<br />
<b>3. Penuh kasih sayang dan perhatian kepada suami</b><br />
Inilah sesungguhnya yang diperlukan oleh para suami, termasuk Rasulullah Saw, Khadijah yang mempunyai cinta suci ini mampu mencurahkan perhatian, kepada Rasulullah Saw, sehingga beliau tidak pernah menyakiti Istri yang sangat di Cintainya itu.<br />
Bahkan Rasulullah bersabda: "Khadijah beriman ketika orang orang Kafir kepadaku, dia membenarkan ku ketika orang orang mendustakan aku, dan dia membantu dengan hartanya ketika orang orang menghalangiku.<br />
<br />
<b>4. Berkata bijak dan menenangkan</b><br />
Selalu mendukung setiap hal yang mengandung Kebenaran. Khadijah lah yang menenangkan Rasulullah ketika mendapat wahyu pertama kali. Rasulullah gemetar, beliau menemui Khadijah, lalu berkata: ‘Selimuti aku! Selimuti aku!’ Khadijah pun menyelimuti beliau sampai hilang ketakutannya, barulah kemudian Rasulullah berkata kepada Khadijah dan menceritakan apa yang dialaminya.‘Aku benar-benar mengkhawatirkan diriku,’ demikian kata beliau kepada isterinya itu.<br />
<br />
Maka Khadijah pun berkata: ‘Tidak, Allah tidak akan menghinakan engkau buat selama-lamanya. Sesungguhnya engkau benar-benar senang menyambung silaturrahim, menanggung beban orang lain, memberi sesuatu kepada orang miskin, menjamu para tamu, dan memberi bantuan kala terjadi musibah-musibah yang benar-benar gawat.’<br />
<br />
<b>5. Mendidik anak dengan baik</b><br />
Salah satu keistimewaan Khadijah di banding Istri Istri Rasulullah yang lain. Dari Khadijah Rasulullah mendapatkan keturunan.<br />
Rasulullah bersabda: "ALLAH mengaruniai aku Anak darinya, ketika DIA tidak memberi ku anak dari Istri Istri ku yang lainnya.<br />
<br />
<b>6. Bergaul baik dengan suami</b><br />
Keduanya paham dengan hak dan kewajiban masing masing sehingga tenanglah rumah tangga beliau.<br />
<br />
<b>7. Tawakal dan sabar</b><br />
Inilah yang di lakukan Khadijah yang pada saat itu menjadi bulan bulanan hinaan masyarakat Quraizy. Tawakal dan Sabar telah memberikan energi positif pada keduanya, sehingga mampu menghadapi semuanya.<br />
<br />
Sebagian sifat sifat di atas adalah sebagian kecil dari Kecemerlangan yang dimilikinya. Semoga dapat bermanfaat dan semoga kelak kita menjadi tetangga beliau di Syurga- NYA. "Aamiin."<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
*******</div>
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br />
<div class="zemanta-pixie" style="height: 15px; margin-top: 10px;">
<a class="zemanta-pixie-a" href="http://www.zemanta.com/?px" title="Enhanced by Zemanta"><img alt="Enhanced by Zemanta" class="zemanta-pixie-img" src="http://img.zemanta.com/zemified_e.png?x-id=33a6e986-3473-41fd-9e0b-9241c5c45137" style="border: none; float: right;" /></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-52305319307555065452014-11-30T01:06:00.001+07:002014-11-30T01:06:50.903+07:00Kisah Soichiro Honda, Sukses Setelah Gagal Berulang Kali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiglBom1B8mTiBFBBAbrYuEGShz1SE3cR-iJSmt9-nowxeEk8XjclgcYJIy3a0gojlAq2S0zfYk2jD9qTmsmJWIleTjNUwQ1wVv5UitWDyoJxNikRQ1MIp92t7SfS0beKR-JyjlL0RRZYP0/s1600/soichiro-honda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="biografi, Kisah Sukses, kisah inspiratif, soichiro honda" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiglBom1B8mTiBFBBAbrYuEGShz1SE3cR-iJSmt9-nowxeEk8XjclgcYJIy3a0gojlAq2S0zfYk2jD9qTmsmJWIleTjNUwQ1wVv5UitWDyoJxNikRQ1MIp92t7SfS0beKR-JyjlL0RRZYP0/s1600/soichiro-honda.jpg" height="374" title="Kisah Soichiro Honda, Sukses Setelah Gagal Berulang Kali" width="640" /></a></div>
<br />
Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia terus bermimpi dan bermimpi.<br />
<br />Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik itu mobil maupun motor. Merk kendaraan ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga dijuluki “raja jalanan”.<br /><br />Namun, pernahkah Anda tahu, jika sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI.<br /><br />Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.<br /><br />“Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengidap penyakit lever.<br /><br />Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.<br /><br />Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya untuk menyaksikan pesawat terbang.<br /><br />Ternyata, minatnya pada mesin tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, dan juga tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.<br /><br />Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja di Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.<br /><br />Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif.<br /><br />Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.<br /><br />Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih?<br /><br />Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.<br /><br />Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.<br /><br />“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya, ” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah, melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.<br /><br />Berkat kerja kerasnya, desain Ring Piston Honda diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Namun malang, niatnya itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang, setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.<br /><br />Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pistonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.<br /><br />Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” cikal bakal lahirnya mobil Honda itu diminati oleh para tetangga.<br /><br />Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi “raja” jalanan dunia.<br /><br />Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilannya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpi kan lah mimpi baru.<div>
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
******</div>
Kisah Soichiro Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-59945637614541488362014-10-26T16:58:00.000+07:002014-10-26T17:00:28.736+07:00Kisah Mengharukan, Sang Malaikat Kecil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrjHZimmXugeUZZo3mLn0sbTBwwHNwN8-L-rG_czvKrKK4_wiQfbVCdQMl_JJcMF1PEiGj5GiRZ3aN-p2sbNJdXXwFFYaF0AHkDQu8xxSfTvkEda04w9RXOXEuKnEj09lLmeTmC1wRSBLN/s1600/dalam-rintik-hujan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kisah, islamic motivation, kisah mengharukan, kisah islami" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrjHZimmXugeUZZo3mLn0sbTBwwHNwN8-L-rG_czvKrKK4_wiQfbVCdQMl_JJcMF1PEiGj5GiRZ3aN-p2sbNJdXXwFFYaF0AHkDQu8xxSfTvkEda04w9RXOXEuKnEj09lLmeTmC1wRSBLN/s1600/dalam-rintik-hujan.jpg" height="273" title="Kisah Mengharukan Sang Malaikat Kecil" width="400" /></a></div>
<br />
Sudah menjadi kebiasaan setiap selesai sholat jum’at tiap pekannya, seorang Imam (masjid) dan anaknya yang berumur 11 tahun membagikan brosur atau pun buku-buku islam di jalan-jalan dan keramaian, diantaranya sebuah buku dakwah yang berjudul “at-thoriq ilal jannah” (jalan menuju surga).<br />
<br />
Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik-rintik air hujan yang membuat manusia benar-benar malas untuk keluar rumah. Namun si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dingin, lalu ia berkata,<br />
“Saya sudah siap, Abi!”<br />
“Siap untuk apa nak?”<br />
“Abi, bukankah ini waktunya kita membagikan buku ‘jalan menuju surga’?”<br />
“Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.”<br />
“Tapi Abi, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka meski suasana sangat dingin.”<br />
“Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.”<br />
“Abi, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan buku ini.”<br />
Sang ayah diam sejenak lalu berkata<br />
“Baiklah, tapi bawa beberapa buku saja, jangan banyak-banyak.”<br />
<br />
Anak itupun keluar di jalanan kota untuk membagikan buku kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu.<br />
<br />
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang di jalanan. Lalu ia mendatangi sebuah rumah untuk membagikan buku itu. Ia pencet tombol bel rumah….tapi tak ada yang menjawab. Ia pencet lagi..dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan keras.<br />
<br />
Tak lama kemudian, pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam berkata, “Apa yang bisa saya bantu wahai anakku?”<br />
<br />
Dengan wajah ceria, dan senyum yang bersahabat si anak berkata, “Sayyidati (panggilan penghormatan untuk seorang wanita), mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa buku dakwah untuk Anda yang mengabarkan kepada Anda bagaimana mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.”<br />
<br />
Anak itu menyerahkan bukunya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih Nak...<br />
<br />
Satu pekan berlalu....<br />
<br />
Seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilakan jama’ah untuk bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu.<br />
<br />
Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata, “Tak ada di antara hadirin ini yang mengenalku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya merasa belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berpikir untuk menjadi seperti ini. Sekitar sebulan suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapan untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap…saya berdiri di kursi…lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher, saya ingin bunuh diri karena kesedihanku…<br />
<br />
Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi” batinku.<br />
<br />
Tapi ternyata bel berdering lagi, ditambah ketukan pintu yang makin kuat. Saya ragu, “Siapa kira-kira yang datang ini, setahuku tak ada satupun orang yang mungkin memiliki keperluan atau perhatian terhadapku.” Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.<br />
<br />
Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah yang ceria wajahnya, dengan senyuman laksana malaikat yang belum pernah kulihat sebelumnya.<br />
<br />
Dia mengucapkan kata-kata yang menyentuh sanubariku, “saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan buku kepadaku yang berjudul, “Jalan menuju surga.”<br />
Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi buku itu. Setelah membacanya, seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.<br />
<br />
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka, dan mudah-mudahan menjadi jalan selamat dari kesengsaraan menuju surga yang abadi.<br />
<br />
Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir..Allahu Akbar..menggema di ruangan. Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah.<br />
<br />
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayah pun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.<br />
<br />
<br />
Judul asli : قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة<br />
Penerjemah : Shiddiq Al-Bonjowiy<br />
Sumber : <a href="http://pencintaquran.com/sang-malaikat-kecil/" target="_blank">Kompaq</a><br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-49592460643706243152014-10-26T09:17:00.003+07:002014-10-26T09:17:57.286+07:00Apakah Takdir Itu Pilihan?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbmkoEBcTWVhz9QjqCHa8wiqKbLW8ce-5JnAtr0IDw8hITVVKRLdnaOOk51TTnU3Ts5RLKy2s4IRb3NiFfmcj0gN_XQiTqkriH-8dy70EOx4qM8hf0-UrmG1TlQ_fTT8pAlfzPkr6zF_Kh/s1600/takdir.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="motivasi, renungan, takdir" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbmkoEBcTWVhz9QjqCHa8wiqKbLW8ce-5JnAtr0IDw8hITVVKRLdnaOOk51TTnU3Ts5RLKy2s4IRb3NiFfmcj0gN_XQiTqkriH-8dy70EOx4qM8hf0-UrmG1TlQ_fTT8pAlfzPkr6zF_Kh/s1600/takdir.jpg" height="292" title="Apakah Takdir Itu Pilihan?" width="400" /></a></div>
<br />
Pernah suatu ketika ada sebuah training. Saat itu materi yang disampaikan adalah masalah takdir. Karena ternyata peserta belum begitu memahami bagaimana hakekat sebuah takdir. Mereka mengeluh kenapa mereka ada yang kaya, dan sebagian mereka ada yang miskin.<br />
<br />
Tiba-tiba sang trainer duduk dengan bersila dan bertanya, “Apakah saya duduk seperti ini takdir?”<br />
<br />
“ya!”, jawab peserta.<br />
<br />
Kemudian sang trainer duduk diatas meja dan bertanya, “Apakah saya duduk seperti ini takdir?”<br />
<br />
“ya!”, jawab peserta kompak.<br />
<br />
Kemudian sang trainier berdiri, sambil meletakkan salah satu kakinya diatas meja yang agak pendek, lalu bertanya kembali, “Apakah saya duduk seperti ini juga takdir?”<br />
<br />
“Iya”, jawab peserta sambil penasaran.<br />
<br />
“Jadi apakah boleh saya bilang bahwa takdir itu sebuah pilihan? Ketika saya ingin menjadi seorang yang baik, maka saya memilih duduk sopan dengan bersila, dan ketika saya ingin menjadi orang yang nakal, maka saya duduk diatas meja, ketika saya memilih menjadi orang yang menjengkelkan, maka saya berdiri sambil mengangkat salah satu kaki saya diatas meja, sedang kalian duduk bersila dibawah?.” tanya sang trainer<br />
<br />
“ya sih!” jawab peserta yang mulai paham maksud dari penjelasan trainer.<br />
<br />
“Jadi takdir itu sesuatu hal yang sudah terjadi, ketika anda saat ini menjadi sholeh, karena anda memilih pilihan yang diberikan oleh Allah untuk menjadi seorang yang sholeh, dan sebaliknya ketika anda saat ini menjadi berandalan, karena anda yang memilih takdir menjadi berandalan, dan anda sudah diberikan pilihan dan petunjuk oleh Allah, jalan manakah yang akan membawa kita ke neraka, dan jalan manakah yang akan membawa kita ke surga. Dan saat ini kita sudah memilihnya”<br />
<br />
“Begitu juga dengan kekayaan, Allah sudah memberikan pilihan melalui petunjuk-Nya, bagaimana jalan menuju kaya, dan jalan menuju kemiskinan. Tinggal pilihan mana jalan yang akan kita lalui.”<br />
<br />
”Banyaklah berdoa kepada Allah, agar kita selalu diberikan petunjuk tuk selalu memilih jalan benar menurut-Nya.”<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
-----------------------------------</div>
<br />
Sahabatku, mungkin sering tepintas dalam pikirian kita tentang peristiwa tersebut. Mungkin juga, ada perbedaan dalam memahami hakekat suatu takdir.<br />
<br />
Akan tetapi yang jelas pastinya, kita tidak mengetahui bagaimana takdir kita besok (jangan percaya sama ramalan ya! Bisa-bisa syirik kita ^^).<br />
<br />
Kita hanya berusaha dan optimis untuk menjadikan takdir kita menjadi takdir yang baik, karena Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka merubahnya sendiri.<br />
<br />
Jadi, optimislah! Dan berusahalah untuk menjalani kehidupan ini dengan perbuatan dan amalan yang terbaik. Tentunya dengan mengharap ridho-Nya saja.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<br />
Reff: Mario Quotes<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-37590007800338964792014-10-13T12:10:00.002+07:002014-10-13T12:10:50.936+07:00Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzdEADEvvkfkwXBbeMsZ_mCClaXnwIfT1co6AjdZW9OKUIZIkiHEtrDV-7R6zOniMkkAluopBg7vRdtekIGEtXDxRsJiSa6tZiemi07kEtYNnoG1RKNb9b8XW2eGvv3uPIa8QmcHAVdbEr/s1600/baik-daan-buruk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Religion and Spirituality, renungan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzdEADEvvkfkwXBbeMsZ_mCClaXnwIfT1co6AjdZW9OKUIZIkiHEtrDV-7R6zOniMkkAluopBg7vRdtekIGEtXDxRsJiSa6tZiemi07kEtYNnoG1RKNb9b8XW2eGvv3uPIa8QmcHAVdbEr/s1600/baik-daan-buruk.jpg" height="320" title="Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?" width="320" /></a></div>
<br />
Suatu saat, seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.<br />
<br />
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya.”<br />
<br />
“Tuhan menciptakan semuanya?” tanya Profesor sekali lagi.<br />
<br />
“Ya, Pak, semuanya,” kata mahasiswa tersebut.<br />
<br />
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”<br />
<br />
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama adalah sebuah mitos.<br />
<br />
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”<br />
<br />
“Tentu saja,” jawab si Profesor,<br />
<br />
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”<br />
<br />
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” tanya si Profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.<br />
<br />
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu – 43 derajat Celcius adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”<br />
<br />
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”<br />
<br />
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”<br />
<br />
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”<br />
<br />
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”<br />
<br />
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”<br />
<br />
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Prof, kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”<br />
<br />
Profesor itu pun terdiam.<br />
<br />
Dan, nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-79984058872622890432014-09-28T12:35:00.000+07:002014-11-26T23:58:55.384+07:00Kisah Inspiratif, Office Boy Yang Menjadi Vice President<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Ehv1PUBnbuk_yE7tL_K8YFr3lcjRzZjPc-duWCr0eRcPJHAhN6PxLwJUrUxvT2kLlYL8qroukb84QvuiQijcePlAsXQ-G1V8iapUAClEWHyARAuk9p1rovye9YfcKwI7cLoITwF4OEWv/s1600/Houtman_Zainal_Arifin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Houtman Zainal Arifin, kisah inspiratif, motivasi kerja, biografi" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Ehv1PUBnbuk_yE7tL_K8YFr3lcjRzZjPc-duWCr0eRcPJHAhN6PxLwJUrUxvT2kLlYL8qroukb84QvuiQijcePlAsXQ-G1V8iapUAClEWHyARAuk9p1rovye9YfcKwI7cLoITwF4OEWv/s1600/Houtman_Zainal_Arifin.jpg" height="320" title="Kisah Inspiratif, Office Boy Yang Menjadi Vice President" width="248" /></a></div>
Houtman Zainal Arifin dilahirkan pada tanggal 27 Juli 1950 di Kota Kediri Jawa Timur. Pengalaman hidupnya yang amat inspiratif patut untuk disimak, yang awalnya ia hanya seorang office boy hingga bisa menduduki jabatan nomor satu sebagai seorang Vice President Citibank. Beliau juga pernah menjabat sebagai direksi di perusahaan swasta, pengawas keuangan di beberapa perusahaan swasta, komite audit BUMN, konsultan, penulis serta dosen pasca sarjana di sebuah Universitas.<br />
<br />
Houtman dilahirkan dari keluarga pas-pasan. Kisah hidupnya dimulai ketika lulus dari SMA, sekitar tahun 60-an, Hotman merantau ke Jakarta dan tinggal di daerah Kampung Bali, Houtman membawa mimpi di Jakarta untuk hidup berkecukupan dan menjadi orang sukses di Ibukota, namun apa daya di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak banyak pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh.<br />
<br />
Sewaktu tinggal di tanah abang, ayahnya sakit keras. Orang tuanya ingin berobat, tetapi tidak mempunyai biaya yang cukup. Melihat keadaan seperti itu, ia tidak mau menyerah. Dengan bermodal hanya Rp 2.000,- hasil pinjaman dari temannya, Houtman menjadi pedagang asongan menjajakan perhiasan imitasi dari jalan raya hingga ke kolong jembatan mengarungi kerasnya kehidupan ibukota. Usaha dagangannya kemudian laku keras, namun ketika ia sudah menuai hasil dari usahanya, ternyata Tuhan memberinya cobaan, ketika petugas penertiban datang, dagangannya di injak hingga jatuh ke lumpur. Ketika semua dagangannya sudah rusak bercampur lumpur, ternyata teman-temannya yang dari kawula rendah seperti tukang sepatu, tukang sayur, dan lain-lain, beramai-ramai membersihkan dagangan Houtman. Disini Houtman mulai mendapatkan pengalaman berharga tentang kerasnya kehidupan Ibukota.<br />
<br />
Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan ber-AC, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.<br />
<br />
Suatu hari, Houtman melihat ada orang gila wara-wiri di sekitar rumahnya. Orang gila itu hampir tidak pakai baju. Dia pada saat itu cuma punya baju 3 pasang. Hebatnya, Houtman ikhlas memberi ke orang gila itu sepasang baju plus sabun dan sisir.<br />
<br />
Tuhan memang Maha Adil, Pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, Tiba-tiba datang surat yang menyatakan bila dia diterima menjadi OB disebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (Citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.<br />
<br />
Sebagai Office Boy, Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai, Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat<br />
bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan istilah bank.<br />
<br />
Waktu jadi OB, Houtman sering melihat training. Karena jabatannya hanya OB, dia tentu tidak dianggap. Kemampuan bahasa Inggris Houtman pun cuma sekedar yes-no. Tapi Houtman berprinsip, “Saya harus berbuat. Saya harus pintar.” Setiap hari selama training itu, dia ada di depan pintu dan mencatat semuanya. Training officer-nya lama-lama jadi menyuruh Houtman masuk (tapi secara kasar). Si training officer mengumumkan pada para trainer, “Pengumuman, dia tidak terdaftar dan dia tidak akan diuji,” kata training officer. Mendengarnya, Houtman tidak terima. Dia sudah berada di ruangan yang sama berarti dia sudah menjadi salah satu peserta training dan juga harus diuji.<br />
<br />
Houtman lalu menantang diri sendiri, “Saya harus lulus!”. Padahal saingannya adalah lulusan UI, Michigan, Ohio, ITB dan banyak universitas TOP lainnya. Sementara dia, bisa lulus SMA saja sudah untung. “Pokoknya harus lulus dan gak boleh jadi yang terakir,” tekad Houtman. Tuhan memang Maha Besar, dari 34 orang Houtman masuk 4 besar dan dia pada tahun 1978 dikirim ke Eropa.<br />
<br />
Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA. Kemudian ia pun di angkat menjadi pegawai di bank Citibank tersebut, Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.<br />
<br />
Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak anak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.<br />
<br />
Sekitar 19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman kemudian mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi Citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia. Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang.<br />
<br />
Pada hari Kamis tepatnya pada tanggal 20 Desember 2012 Bapak Houtman Zainal Arifin berpulang ke Rahmatullah.<br />
<br />
Pelajaran yang dapat dipetik adalah kita tidak akan pernah kekurangan apa bila kita mau saling memberi, jika kita mau bersilaturahmi dan banyak berteman dengan siapa saja kita akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak, dan jika kita ikhlas memberi, Allah pasti akan memberikan kita sesuatu yang lebih.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
**********</div>
<br />
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-25670732195030957342014-09-03T11:53:00.000+07:002014-09-03T11:53:38.458+07:00Luangkan Waktu Selama Satu Menit Dan Coba Lah Berpikir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEm4-C2TQ-VXz-H8Q0WjnVE_bKmpz2WDysJsZd6ufWmSU5A2PinZBcobnK7yL2_KcDnd68h7gOPnyKQClAcHQ6bzQ6uIN_QyL1jprBTzRZHIkj1EcrKi3OX_Lxe5kIZzf6F2Z35z1Q4Rki/s1600/muslimah-cantik-bercadar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="motivasi islam, tentang wanita" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEm4-C2TQ-VXz-H8Q0WjnVE_bKmpz2WDysJsZd6ufWmSU5A2PinZBcobnK7yL2_KcDnd68h7gOPnyKQClAcHQ6bzQ6uIN_QyL1jprBTzRZHIkj1EcrKi3OX_Lxe5kIZzf6F2Z35z1Q4Rki/s1600/muslimah-cantik-bercadar.jpg" height="320" title="Luangkan Waktu Selama Satu Menit Dan Coba Lah Berpikir" width="640" /></a></div>
<br />
Oh Muslimah, luangkan waktu selama satu menit dan coba lah berpikir ...............!!<br />
<br />
Setelah mengenakan jilbab, dia menatap terlalu lama untuk pantulan dirinya di cermin...<br />
<br />
... suara setan berbisik padanya: "sesuatu yang hilang sayang! wajah kamu tampak pucat, ayolah ... sedikit sentuhan make-up tidak akan merugikan siapa pun! "dia mengambil lipstik dengan tangan gemetar, memandangi lipstik itu selama satu menit antara jari-jarinya ..<br />
<br />
Suara itu berbisik padanya lagi: "Just do it! ?! banyak gadis Hijabi memakai make-up, jadi mengapa kamu juga tidak melakukannya "katanya pada bayangannya di cermin:<br />
~ ~ Tapi jika beberapa Muslimat melakukannya, tidak berarti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, bukan?! Banyak Muslimat tidak memakai jilbab, apakah itu berarti aku tidak boleh memakainya seperti mereka?! "" Ya tetapi kamu akan terlihat lebih cantik dengan make-up ~ ~<br />
<br />
Suara itu berbisik lagi Dengan sedikit ragu-ragu, ia mengangkat lipstik ke bibirnya untuk menerapkannya ... tiba-tiba dia berhenti!<br />
"Menunggu" katanya pada bayangannya "tapi aku tidak memakai Hijab untuk melindungi diri dari pandangan mata dari lawan jenis?! memakai make-up bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari Hijab! "<br />
<br />
Dia terdiam sejenak, lalu dia mendengar setan berbisik lagi:?! "! Tapi sayang kamu memakainya untuk diri sendiri tidak kepada orang lain" "aku" katanya "jadi jika saya memakainya sendiri, mengapa tidak akan saya pakai di rumah juga?! "" ok ok! jadi apa yang kamu katakan?!<br />
<br />
~ ~ ~ Apakah Anda mengatakan bahwa make-up adalah Haram?! ~ ~ ~<br />
<br />
Suara itu mengatakan setelah satu menit mengheningkan cipta "tentu saja tidak!" Katanya "Make up bukanlah Haram jika Muslimah memakainya<br />
<br />
1) untuk mempercantik diri di depan suami atau<br />
2) dipakai dalam kesempatan di mana tidak ada pencampuran antara laki-laki dan perempuan!<br />
<br />
Yang paling penting adalah bahwa laki-laki non mahram tidak melihatnya dengan make-up "<br />
<br />
"Yang mengatakan begitu?!" Tanya suara "Allah berkata begitu!<br />
<br />
Dalam <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Quran" rel="wikipedia" target="_blank" title="Quran">Al-Qur'an</a> Surat An-Nur Ayat 31... dan sekarang pergi!<br />
A'udhu billahi minashaytanir-rajiim<br />
(Aku berlindung kepada Allah dari setan terkutuk!) "Alhamdulilah! Tidak ada bisik-bisik lagi!<br />
<br />
Dia tersenyum sendiri di cermin, menaruh lipstik kembali ke tempatnya! Ya! dia berusaha untuk menjadi cantik tapi hanya di sisi Allah sebagai hamba yang taat....<br />
<br />
Dia bukan sepotong permen untuk menarik mata setiap yang melihatnya! Dia suka terlihat natural dan rasa malu adalah satu-satunya hal yang memperindah dia!<br />
<br />
"Betapa besar untuk menjadi hamba yang patuh!" Katanya untuk dirinya sendiri.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-66074468447521682762014-08-05T22:58:00.000+07:002014-08-05T23:02:37.295+07:00Belajar 6 Cara Dan Tips Sukses Dari Lebah<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifjca_dMCNqe4CDMZ8vx4eHzoADNhzXIm9Asaf7iANaN0sWa_4eZ7Vb3HUyJ-ECPsWhefii4JO8epUXIPqjpYulYgAUV4RNXxeDiP8CITA5Grkdd5b8CxFMjWXFeu9eE9TERCM06fBBr_J/s1600/lebah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="motivasi, inspirasi, belajar dari binatang" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifjca_dMCNqe4CDMZ8vx4eHzoADNhzXIm9Asaf7iANaN0sWa_4eZ7Vb3HUyJ-ECPsWhefii4JO8epUXIPqjpYulYgAUV4RNXxeDiP8CITA5Grkdd5b8CxFMjWXFeu9eE9TERCM06fBBr_J/s1600/lebah.jpg" height="320" title="Belajar 6 Cara Dan Tips Sukses Dari Lebah" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar: shutterstock.com/Rusty Dodson</td></tr>
</tbody></table>
Lebah adalah salah satu hewan yang memiliki keunikan tersendiri. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari seekor lebah yang merupakan hewan yang memiliki banyak manfaat. Lalu, apa saja yang bisa kita pelajari dari kehidupan lebah? berikut penjelasan mengenai bagaimana kita bisa belajar dari lebah, dikutip dari Merdeka.com.<br />
<br />
Cukup berdiri di depan sarang lebah dan mengamati makhluk pekerja keras itu, maka Anda akan mendapatkan pelajaran hebat tentang bagaimana menjadi sukses. Percaya tak percaya, itulah yang dikemukakan oleh seorang profesor di Tamil Tandu Agricultural University, Dr N Ganapathy.<br />
<br />
Menurutnya, dengan mengadopsi etika bekerja lebah, seorang pekerja, bahkan perusahaan, bisa mendapatkan kesuksesan besar. Apa saja pelajaran yang bisa dipetik dari cara kerja lebah? berikut penjelasannya:<br />
<br />
<b>1. Pembagian tugas</b><br />
Lebah memiliki lingkungan sosial yang terstruktur. Masing-masing lebah memiliki peran dan job desk masing-masing, serta menguasai perannya dengan baik. Secara genetik mereka diprogram untuk tidak menyalahi wilayah yang bukan merupakan wewenangnya. Jika seorang pekerja mampu mengetahui perannya dalam perusahaan dengan baik dan menguasai peran tersebut, maka kinerjanya akan meningkat dan perlahan mengantarkannya pada kesuksesan. Begitu juga jika perusahaan mampu menerapkan hal ini, maka tak akan ada konflik peran.<br />
<br />
Meski memiliki peran berbeda-beda, kawanan lebah hanya memiliki satu tujuan yang sama. Begitu juga dengan perusahaan. Pemimpin harus mampu menjabarkan tujuan profesional secara jelas, sehingga para karyawan dengan berbagai macam peran bersama-sama melangkah untuk satu tujuan pasti di masa depan.<br />
<br />
<b>2. Semangat kerja sama</b><br />
Kerja sama bagi lebah lebih penting dibandingkan dengan kompetisi. Tak seperti yang ada saat ini, dunia kerja sarat akan kompetisi, terutama pada perusahaan yang besar dan aktif. Banyak yang paranoid, seolah kedudukannya akan tergeser jika tak berkompetisi. Namun tidak bagi lebah. Mereka tahu bahwa mereka tak mungkin bisa mencapai tujuan seorang diri, sehingga mereka bekerja sama dan hidup secara rukun dengan rekannya.<br />
<br />
Begitu juga dengan karyawan dan perusahaan. Menyatukan pengetahuan dan pengalaman, serta saling bekerja sama akan membuat pekerjaan menjadi efektif. Tak ada konflik yang terjadi. Masing-masing orang menghormati kontribusi dan peran dari rekannya.<br />
<br />
<b>3. Setia</b><br />
Loyalitas adalah kunci kelangsungan hidup jangka panjang. Lebah setia terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Jika mereka membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil madu dari satu bunga, maka mereka akan melakukannya terus-menerus. Pekerja yang baik juga harus setia pada pekerjaannya. Tak mudah berpaling dan tekun. Begitu juga karyawan yang bekerja untuk perusahaan harus setia terhadap aturan, seperti jam kerja.<br />
<br />
<b>4. Bekerja keras</b><br />
Pernah melihat lebah madu bekerja? Lebah yang sedang bekerja akan terus-terusan bekerja dengan giat, seolah-olah nasib kawanannya sedang dipertaruhkan di tangannya. Tak ada keberhasilan yang bisa diraih tanpa kerja keras dan ketekunan. mereka yang bermalas-malasan hanya akan semakin tertinggal dan tergeser oleh yang bekerja keras. Bekerja keras juga berarti bekerja secara profesional dan efektif dalam penggunaan waktu kerja.<br />
<br />
<b>5. Tepat waktu</b><br />
Ketepatan waktu adalah etika profesional umum yang tak jarang dilanggar oleh semua orang. Bagi lebah, tak boleh ada kata terlambat. Mereka bergantung pada matahari saat mencari makan, sehingga lebah akan berangkat ketika matahari terbit dan pulang saat matahari terbenam. tepat waktu adalah cara lebah untuk mendapatkan hasil optimal.<br />
<br />
Begitu juga bagi pekerja atau karyawan perusahaan. Tepat waktu juga akan memberikan hasil optimal karena pekerja menggunakan waktunya dengan efektif. Selain itu dengan tepat waktu, Anda tak akan mengalami stres karena terlambat.<br />
<br />
<b>6. Kewajiban dulu, baru hak</b><br />
Bagi lebah, kepentingan kawanannya adalah yang harus diutamakan terlebih dahulu, baru kemudian kepentingan pribadinya. Mereka bekerja mengambil madu untuk kepentingan kawanan. begitu juga dengan lebah yang bertugas menjaga sarang, semuanya dilakukan demi kepentingan kawanan. Mungkin terlihat tak menyenangkan karena harus banyak berkorban.<br />
<br />
Namun, dengan mendahulukan kepentingan kawanannya, sistem kerja lebah berjalan dengan lancar, karena semua mengesampingkan ego pribadinya dan bersama-sama membangun kawanannya. Coba bayangkan jika lebah penjaga tak mau menjaga sarang karena egonya? Maka sarang dan seluruh kawanannya akan terancam rusak dan mati.<br />
<br />
Nah, itu dia enam etika kerja yang bisa dipelajari dari hewan lebah. Dengan menerapkan enam cara di atas, Anda akan semakin dekat dengan kesuksesan.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-9996300549601401532014-08-03T11:21:00.001+07:002014-08-03T11:21:04.545+07:00Akhirnya Aku Berhenti Menjadi Wanita Karir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_PHVEAs1b5LxeQnrdeBVqEDyhKF2bvFuY1L9VXUcH4K8V7pzxl1-9PelOWL9_GPbxclYgVgtP4IKEfV1dTNk4i2MW9SF2EhdTQIqc_iLfWaHGUjdiiSTex_lpUwDBgi0uwBjIhKbqJi3x/s1600/wanita-karir-muslimah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tentang Wanita, cerita inspiratif, kisah islami, wanita karir muslimah, wanita karir berhijab" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_PHVEAs1b5LxeQnrdeBVqEDyhKF2bvFuY1L9VXUcH4K8V7pzxl1-9PelOWL9_GPbxclYgVgtP4IKEfV1dTNk4i2MW9SF2EhdTQIqc_iLfWaHGUjdiiSTex_lpUwDBgi0uwBjIhKbqJi3x/s1600/wanita-karir-muslimah.jpg" height="400" title="Akhirnya Aku Berhenti Menjadi Wanita Karir" width="400" /></a></div>
<br />
Aku menunggu teman yang menjemputku di masjid seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.<br />
<br />
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.<br />
“Belum”, jawabku datar.<br />
<br />
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”<br />
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.<br />
<br />
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.<br />
“Menunggu suami” jawabnya pendek.<br />
<br />
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”<br />
<br />
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.<br />
<br />
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.<br />
<br />
“Kenapa?” tanyaku lagi.<br />
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.<br />
<br />
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.<br />
<br />
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.<br />
<br />
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?<br />
<br />
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.<br />
<br />
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.<br />
<br />
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.<br />
<br />
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”<br />
<br />
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.<br />
<br />
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.<br />
<br />
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah, di ambil ya buat keperluan kita, dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini.<br />
<br />
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.<br />
<br />
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”<br />
<br />
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.<br />
<br />
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.<br />
<br />
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.<br />
<br />
“Anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah dipandang rendah olehnya”.<br />
<br />
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?<br />
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?<br />
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?<br />
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?<br />
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?<br />
<br />
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.<br />
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.<br />
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.<br />
<br />
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.<br />
<br />
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.<br />
<br />
“Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakan pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.<br />
<br />
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.<br />
<br />
Ya Allah….<br />
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
**********</div>
<br />
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.<br />
<br />
<br />
Sumber Gambar: http://media.rumahmadani.comUnknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-17598007613816345012014-08-03T01:01:00.000+07:002014-08-03T01:01:36.897+07:00Ketika Cinta Datang Terlambat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9SSnn8U49PZbGZaJu4zOGu0QBZrZ1Jzlu9TtGr_qLH1cXGJnvuySIPyfFIXmaDhiYc-LEObasq42RW7m4i0W0RtESfOEi3q3MtIHLFA4Gwiunlh7moKjpPdfXKIibh3jutUKU2Kdu-KvX/s1600/perempuan-menangis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kisah inspiratif, motivasi cinta, perempuan menangis, cinta tulus" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9SSnn8U49PZbGZaJu4zOGu0QBZrZ1Jzlu9TtGr_qLH1cXGJnvuySIPyfFIXmaDhiYc-LEObasq42RW7m4i0W0RtESfOEi3q3MtIHLFA4Gwiunlh7moKjpPdfXKIibh3jutUKU2Kdu-KvX/s1600/perempuan-menangis.jpg" height="480" title="Ketika Cinta Datang Terlambat" width="640" /></a></div>
<br />
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.<br />
<br />
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.<br />
<br />
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.<br />
<br />
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket,<br />
<br />
aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.<br />
<br />
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokter pun menolak menggugurkannya.<br />
<br />
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.<br />
<br />
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.<br />
<br />
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.<br />
<br />
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.<br />
<br />
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.<br />
<br />
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”<br />
<br />
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.<br />
<br />
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.<br />
<br />
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.<br />
<br />
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.<br />
<br />
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.<br />
<br />
Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.<br />
<br />
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan.<br />
<br />
Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya.<br />
<br />
Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.<br />
<br />
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.<br />
<br />
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan.<br />
<br />
Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.<br />
<br />
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.<br />
<br />
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.<br />
<br />
Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus.<br />
<br />
Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.<br />
<br />
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.<br />
<br />
Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.<br />
<br />
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja.<br />
<br />
Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga.<br />
<br />
Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.<br />
<br />
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.<br />
<br />
Istriku Liliana tersayang,<br />
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.<br />
<br />
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.<br />
<br />
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.<br />
<br />
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!<br />
<br />
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.<br />
<br />
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.<br />
<br />
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.<br />
<br />
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”<br />
<br />
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”<br />
<br />
Putriku menatapku,“seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”<br />
<br />
Aku menggeleng,“bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”<br />
<br />
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
**********</div>
<br />
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6288500559283230489.post-91225436845824438792014-06-30T00:24:00.001+07:002014-06-30T00:24:34.885+07:00Tidak Ada Suatu Apapun yang Kebetulan di Dunia Ini, Segalanya Telah Diatur Oleh Yang Maha Kuasa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCHKoRbDBEBZn4HKhZRTmozPlLG31b5OUhe5wk4Ez6gFG6rAHN6IPmULU-M0VXIqZXj84XX1SoJmMKklnxEuh33ysYrUTsXsndqyDwSHQ5H56a5tY4BEmbwFmkoupum5lal_L2K63khGHH/s1600/DSCN8166.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="renungan, motivasi, kata bijak" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCHKoRbDBEBZn4HKhZRTmozPlLG31b5OUhe5wk4Ez6gFG6rAHN6IPmULU-M0VXIqZXj84XX1SoJmMKklnxEuh33ysYrUTsXsndqyDwSHQ5H56a5tY4BEmbwFmkoupum5lal_L2K63khGHH/s1600/DSCN8166.jpg" height="476" title="Tidak Ada Suatu Apapun yang Kebetulan di Dunia Ini, Segalanya Telah Diatur Oleh Yang Maha Kuasa" width="640" /></a></div>
<br />
Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.<br />
<br />
Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini? Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Ah, Tuhan tidak adil!<br />
<br />
Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah jika kita selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?<br />
<br />
Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.<br />
<br />
Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu percayalah, Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.<br />
<br />
Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.<br />
<br />
Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.<br />
<br />
Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0